Senin, 31 Oktober 2011

Tiga Provinsi Rasakan Gempa Aceh

TUESDAY, 06 SEPTEMBER 2011 17:10

BANDA ACEH - Gempa bumi berkekuatan 6,7 pada Skala Richter yang berpusat di Kabupaten Aceh Selatan, Selasa dini hari, dirasakan di sembilan wilayah pada tiga provinsi di Indonesia.

Staf operasional BMKG Stasiun Geologi Mata Ie di Aceh Besar, Fany menyebutkan kesembilan wilayah itu ada di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Mereka merasakan getaran gempa yang berpusat di daratan Kabupaten Aceh Selatan, sekitar pukul 00.55.12 WIB.

“Pusat gempa tersebut persisnya berada di darat. Meski hingga kini belum terdeteksi adanya gempa susulan, namun kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada,” katanya hari ini.

Sejauh ini, gempa bumi ini merusakkan rumah penduduk, sejumlah fasilitas publik seperti sekolah dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat serta menelan korban jiwa seorang anak meninggal dunia serta beberapa warga lain terluka di Aceh Singkil.

Sumber Waspada.co.id

Gempa Singkil Telan Dua Korban Jiwa

TUESDAY, 06 SEPTEMBER 2011 15:08

(WOL Photo)
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan gempa bumi berkekuatan 6,7 skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Pantai Barat Selatan Provinsi Aceh, pada Selasa pukul 00:55:12 WIB telah menelan dua korban jiwa.

“Berdasarkan data sementara yang diterima diketahui bahwa dua orang meninggal dunia dan satu orang luka ringan,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta tadi siang.

Ia menambahkan, berdasarkan data sementara tersebut juga diketahui bahwa satu tempat ibadah rusak berat, tiga rumah rusak berat, 15 rumah rusak ringan dan satu unit gedung akbid rusak berat. “Selain itu 160 toko mengalami kebakaran karena korsluit arus pendek,” katanya.

Dia juga mengatakan hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih terus berkoordinasi dan melakukan pendataan. “Hingga saat BNPB masih melakukan koordinasi dengan BPBD Aceh dan BPBD Sumatera Utara serta dinas lainnya untuk melakukan pendataan,” katanya.

Dia menambahkan, pihaknya akan terus memberikan informasi mengenai perkembangan dampak gempa. Kepala BMKG Meulaboh Kabupaten Nagan Raya, Edi Darlupti menyebutkan, gempa terletak pada lokasi 2,81 lintang utara (LU) 97,85 bujur timur (BT) atau 59 kilometer timur laut Singkil Baru Provinsi Aceh, di kedalaman 78 kilometer. Dia juga menjelaskan, gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami.

Sumber Waspada.co.id

Kamis, 08 September 2011

Aceh Singkil Digoyang Gempa

Rabu, 7 September 2011 04:45 WIB

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Gempa berkekuatan 6,7 skala richter (SR), 59 KM Timur Laut Singkil Baru, Selasa (6/9/2011) pukul 00:52 WIB dini hari, sejauh ini tidak menimbulkan kerusakan. Kecuali kepanikan warga, listrik padam, serta komunikasi sempat terganggu beberapa saat.

Camat Singkil Utara Denny Oskandar, yang wilayahnya berada di pusat gempa mengatakan, tidak ada kerusakan maupun korban jiwa. "Sejauh ini aman belum ada laporan kerusakan. Untuk korban jiwa dipastikan tidak ada," katanya. Begitu juga dengan Kecamatan Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat dan Kuala Baru, yang berada di tengah laut, tidak ada laporan kerusakan akibat gempa.

"Belum ada laporan kerusakan, tadi malam kami langsung ke dermaga mengecek tidak ada tanda-tanda akan tsunami. Namun karena masih gelap, pagi ini kami akan melakukan lagi pemantau," jelas M Hasbi Camat Pulau Banyak Barat.

Hal yang sama disampaikan Sekda Aceh Singkil HM Yakub KS. Ia mengatakan, sejak kejadian gempa pihaknya langsung siaga dan melakukan pemantauan. Hingga pagi tadi tidak ada laporan kerusakan dan korban. "Listrik saja yang mati sampai pagi, dan warga sesuai arahan karena lokasi gempa di daerah kita sebagian ada yang mengamankan diri ke Gunung Meriah. Saya himbau agar berhati-hati tetap tenang, jangan sampai terjadi musibah justru akibat kelalian," kata HM Yakub.

Sumber Serambinews.com

Jumat, 29 Juli 2011

Selesaikan sengketa lahan Singkil

SUNDAY, 29 MAY 2011 15:08

BANDA ACEH - Pemerintah Provinsi Aceh diminta segera menyelesaikan sengketa lahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat di sejumlah desa di Kabupaten Aceh Singkil. "Saya melihat sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan milik swasta Malaysia itu harus segera diselesaikan dengan baik oleh pemerintah," kata Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh, Karimun Usman, sore ini.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi aksi unjuk rasa ratusan warga Aceh Singkil di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh di Banda Aceh, baru-baru ini.

Karimun Usman menilai aksi unjuk rasa itu merupakan akumulasi dari kekecewaan masyarakat karena merasa haknya telah diambil untuk perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan swasta tersebut.

"Karenanya, kami meminta agar masalah sengketa tanah lahan kelapa sawit di Aceh Singkil dan Kota Subulussalam diselesaikan sesuai hukum yang berlaku, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan," katanya.

Mantan anggota DPR RI periode 1999-2004 itu juga meminta Pemerintah Aceh menurunkan tim untuk melakukan investigasi guna mencari pembuktian lebih konkret apakah operasional perusahaan perkebunan negeri jiran tersebut benar telah merampas lahan masyarakat.

"Kalau memang memang perusahaan itu beroperasi di atas lahan milik adat dari masyarakat maka sebuah kesalahan dan harus diusut sebab warga sebagai pemiliknya sudah dirugikan," kata dia.

Ratusan warga Aceh Singkil yang berunjuk rasa di Kantor BPN Aceh di Banda Aceh, sebelumnya menyatakan bahwa konflik lahan terjadi antara masyarakat dengan PT Ubertraco, perusahaan sawit asal Malaysia. Perusahaan itu mendapat izin Hak Guna Usaha (HGU) seluas 10.917 hektare pada 1988.

Kemudian perusahaan itu mendapat izin tambahan seluas 3.007 hektare, sehingga total lahan yang digarap mencapai 13.924 hektare, namun perusahaan itu, menurut pengunjuk rasa, juga menyerobot tanah masyarakat. Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyatakan siap menjadi mediator untuk pengukuran ulang batas tanah HGU PT Ubertraco dengan milik masyarakat.

SUmber : Waspada.co.id

Senin, 25 Juli 2011

Kadishubun Aceh Barat: Kilang Mengolah Kayu dari Lahan Masyarakat

Sat, May 21st 2011, 10:10

MEULABOH - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Aceh Barat, Jumat (20/5) memanggil sejumlah pengusaha yang mempunyai kilang kayu (saw mill) di wilayah itu. Pemanggilan itu guna diketahui bahan baku kayu yang selama ini mereka olah yang selanjutnya didistribusikan ke panglong-panglong. Kadishutbun Aceh Barat, T Helmi SP MM kepada Serambi, kemarin usai pertemuan itu mengaku pihaknya sudah mempertanyakan kepada pengusaha yang mengalola kayu yakni diperoleh keterangan bahwa kayu yang diolah mereka adalah kayu yang dibawa masyarakat yang merupakan hasil tebangan di lahan masyarakat dan bukan di kawasan hutan. “Kayu diolah itu yang dibawa sudah ada surat keterangan dari keuchik/kepala desa,” ujar Helmi.

Ia menjelaskan pemanggilan ini guna mengetahui persis dan kepada pengusaha itu juga sudah diingatkan agar tidak mengolah kayu-kayu ilegal, sebab bila ditemukan hal itu akan diambil tindakan tegas serta izin kilang akan dicabut. Ia mengaku di Aceh Barat saat ini ada tiga usaha kilang kayu yang selama ini mengolah kayu-kayu yang dibawa oleh masayarakat hasil tebangan di lahan masing-masing masyarakat. Helmi menyatakan dalam pertemuan itu pihaknya sudah menetakankan kepada pemilik kilang agar selalu memberikan laporan tiap bulan terhadap kayu yang mereka olah milik siapa serta jumlahnya. “Memang selama ini laporan dari pihak kilang ke kita kurang dan ke depan sudah kita minta dilaporkan,” ujar Helmi. Kadishutbun ini juga menjelaskan terhadap kayu-kayu yang selama ini dijual di panglong-panglong itu merupakan kayu yang dipasok dari kilang, dan mempunyai surat. Meski demikian, ia juga akan terus melakukan pengawasan dan pengecekan dan bila ditemukan kayuilegal maka akan ditangkap.(riz)

sumber : Serambinews.com

Senin, 27 Juni 2011

Warga Kota Baharu Kembali Terjangkit Ulkus

Sat, May 7th 2011, 08:23

SINGKIL - Darmawan (14) ramaja asal Desa Mukti Lincir, Kecamatan Kuta Baharu, Aceh Singkil, sejak seminggu ini terbaring di ruang rawat inap bedah RSUD Aceh Singkil. Tangan sebelah kirinya membusuk, sebagian besar dagingnya meluruh, badannya tinggal tulang terbalut kulit. Suaranya nyaris tak terdengar.

Anak kedua pasangan Amin Maulana dan Nyainem ini, menderita ulkus (borok bernanah), sama dengan penyakit yang pernah menyerang sekitar 18 warga Kota Baharu, medio Mei 2010 lalu. Pada awal mencuat ke publik, nama penyakit tersebut sempat simpang siur. Setelah dilakukan diagnosa dipastikan ulkus, dengan jenis penyakit bernama infeksi jamur subkutan (sporotrichosis) dan infeksi sekunder, tidak berbahaya dan dapat disembuhkan secara medis.

Selanjutnya untuk penangan dan pencegahan, dilakukan pengobatan pada penderita, peningkatan pelayanan kesehatan, penyuluhan cara hidup bersih dan sehat serta pemantauan daerah kasus ulkus.

Setahun sudah penyakit tersebut tidak terdengar lagi, para penderita dilaporkan sudah sembuh setelah mendapat pengobatan hingga dirujuk ke salah satu rumah sakit yang ada di Medan Sumetera Utara (Sumut).

Darmawan pada saat penyakit borok itu menyerang belasan warga Kuta Baharu, juga termasuk di dalamnya. Namun sekitar lima bulan belakangan penyakit tersebut kembali kambuh dan meluluhkan daging di tangan sebelah kiri hingga ke bahu siswa kelas VI sekolah dasar.

Tak punya biaya
Kepala Ruangan Rawat Inap Bedah Andika, yang dikonfirmasi Serambi, Jumat (6/5) mengatakan, pihak rumah sakit sudah menganjurkan agar pasien di rujuk ke Medan. Agar mendapat perawatan yang lebih baik, tapi keluarga korban tidak mau. Pihaknya sajauh ini hanya bisa melakukan perawatan sesuai petunjuk dokter yang menangani. “Perawatan terhadap pasien terus dilakukan. Tim dinas kesahatan juga sudah datang. Kita anjurkan dirujuk tapi keluarga pasien belum mau,” kata Andika.

Amin orang tua Darmawan mengatakan, keluarganya tidak mau membawa anaknya dirujuk, karena alasan ekonomi. Kendati biaya pengobatan ditanggung JKA atau Jamkesmas, namun bekal untuk menemani pasien tetap harus ada. Dan itu yang tidak dimilikinya.

“Dulu saja waktu sakit pertama habis jutaan untuk biaya makan dan minum kami yang mengantar. Sekarang sudah tidak sanggup lagi. Jadi saya tidak mau kalau harus dirujuk,” katanya.

Dengan pandangan mata kosong, suara nyaris tak terdengar, Darmawan menuturkan, selama perawatan tidak ada selera makan, sehingga badannya menjadi kurus kering. Satu-satunya keinginannya adalah mengikuti ujian agar bisa meneruskan sekolah ke tingkat SMP. “Saya ingin pulang bang, agar bisa ikut ujian,” ujarnya lirih.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Wilayah Singkil Tergenang

Sat, Apr 30th 2011, 13:25

Laporan wartawan Serambinews.com, dede rosadi - Aceh Singkil


BERMAIN - Sejumlah anak di Lae Ijuk, Gunung Meriah, Aceh Singkil, Sabtu (30/4) bermain di halaman rumahnya yang tergenang banjir luapan sungai. Serambinews.com/dede rosadi

SINGKIL - Sampai Sabtu (30/4) hari ini, sebagian wilayah Kabupaten Aceh Singkil, masih tergenang banjir. Sungai besar Singkil meluap pasca hujan lebat yang mengguyur wilayah itu sejak kemarin.

Pantauan Serambinews.com, pemukiman penduduk dan perkebunan kelapa sawit di kawasan Lae Ijuk, Kecamatan Gunung Meriah, tergenang. Di daerah ini air sudah menyentuh lantai. Kemudian jalan menuju Rantau Gedang dan Teluk Rumbia, Singkil sudah tergenang. Kawasan itu menjadi mudah tergenang air karena jebolnya tanggul pengaman banjir.

Sumber : Serambinews.com