Rabu, 20 April 2011

Ratusan Massa Demo ke Kantor Bupati Singkil

Terakait Sengketa Lahan
Sat, Mar 12th 2011, 10:05

SINGKIL - Ratusan warga dari Kecamatan Singkohor dan Suro, yang bersengketa lahan dengan perusahan perkebunan kelapa sawit PT Runding Putra Persada (RPP), Jumat (11/3) siang, melakukan aksi unjuk rasa ke Kantor Bupati Aceh Singkil. Dengan mengenakan pita merah, pengunjuk rasa datang menggunakan berbagai jenis kendaraan, sambil membawa poster berisi tuntutan dan puluhan pohon sawit.

Mereka menuntut Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh Singkil, mensertifikatkan tanah masyarakat yang telah diukur ulang dan dikeluarkan dari calon HGU PT RPP, seluas 800 hektar (Ha) lebih. Serta melakukan hal yang sama pada lahan trasmigrasi seluas 150 Ha, yang sebelumnya sempat masuk dalam areal PT RPP, namun pasaka ukur ulang dikembalikan kapada masyarakat. “Lahan masyarkat yang telah dikeluarkan tolong segera disertifikasi, agar tidak terus diganggu perusahan,” teriak Mukaribin koordinator unjuk rasa.

Warga mendesak Pemkab dan aparat terkait menyelesaikan proses pematokan tapal batas antara lahan masyarakat dengan pihak perkebunan. Sebab, bila dilakukan oleh masyarakat sendiri sering berbenturan dengan perusahan. Mendapat keluhan itu, Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra yang di dampingi Kapolres AKBP Helmi Kwarta, Kepala BPN Aceh Singkil Syahrizal, meminta masyarkat jangan takut untuk memasang patok batas lahan masing-masing. “Patok saja tidak usah takut, kalau ada yang mengintimidasi laporkan kepada bapak kapolres, beliau ada di pihak masyarakat,” kata Makmur yang langsung turun ke tengah-tengah pengunjuk rasa.

Setelah berorasi di halaman kantor bupati, selanjutnya beberapa perwakilan pengunjuk rasa melakukan pertemuan di Opration Room Sekdakab setempat. Dalam pertemuan itu, disepakati masyarakat dipersilahkan menguasai lahan yang jadi hak mereka, tanpa harus takut pada perusahan. Lengkapi persyaratan, selanjutnya ajukan ke BPN untuk disertifikatkan. Sementara untuk pensertifikatan lahan transmigrasi masyarakat diminta bersabar, karena harus menunggu rekomendasi dari intasni terkait di tingkat provinsi.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 18 April 2011

Harimau Teror Warga Singkohor

* Empat Lembu Dimangsa
Mon, Mar 7th 2011, 17:12

SINGKIL - Warga Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil diteror harimau. Kejadian yang sudah berlangsung selama sebulan ini, telah memangsa empat ekor lembu dan lima ekor kambing milik warga setempat. Salah satu dari empat ekor sapi sempat dibantu masyarakat saat sedang diserang harimau, namun kerbau itu dapat disembelih. Namun begitu disembelih tiba-tiba si raja hutan muncul mengambil bagian kepala, hingga membuat warga lari terbirit-birit.

Kejadian terbaru terjadi empat malam lalu, ketika tiga ekor raja hutan menyerbu kandang kambing milik Ponidi (30) warga Mukti Jaya. Beruntung sang pemilik cepat keluar begitu mendengar kegaduhan di sekitar kandang peliharaanya. “Nyaris saja kambing saya menjadi korban. Harimau tidak jadi memangsa mungkin karena ada bunyi keras dari atap kandang yang dibuka. Begitu saya senter, harimaunya balik menyenterkan matanya ke arah saya,” kata Ponidi, Senin (7/3).

Sidarman (26) warga Pea Jambu merincikan, harimau yang telah memangsa tiga ekor kambing di kampungnya, serta empat ekor sapi dan dua kambing milik penduduk Desa Singkohor. Terdiri dari satu ekor induk betina dan dua ekor anak. “Kejadianya berturut-turut hingga tiga malam. Harimau yang ikut membawa dua anaknya itu sangat ganas dan terus mencari mangsa di pemukiman penduduk,” katanya.

Sudah menjauh
Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Aceh Singkil, Affan Absori, yang dikonfirmasi secara terpisah mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi. Dari hasil pantauan di lapangan harimau tersebut sudah menjauh, namun ada kemungkinan kembali lagi karena wilayah tersebut masuk dalam areal jelajah binatang pemakan daging tersebut.

Affan menjelaskan, penyebab masuknya harimau ke perkampungan karena siklus makanannya terpotong, dengan maraknya aksi pemburuan rusa di daerah itu. Penyebab lain, makin menipisnya hutan, akibat terus beralih fungsi menjadi perkebunan. “Tolong pemburuan rusa dan pembukaan hutan dikurangi, agar harimau tidak menyerang ternak. Kita tidak bisa menangkap harimau, paling hanya mengusirnya. Ditangkappun mau ditaruh dimana, hutan itu kan habitat mereka,” ujar Affan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 14 April 2011

Pembangun Pelabuhan CPO tak Serius

Sun, Mar 6th 2011, 08:16

SINGKIL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, dinilai tidak serius membangun pelabuhan CPO (Crude Palm Oil) di kabupaten itu, yang sebelumnya digembar-gemborkan akan dibangun tahun ini. Bahkan, hingga kini belum ada tanda-tanda dan upaya untuk pembangunan pelabuhan tersebut.

Ketua Komisi D, DPRK Aceh Singkil, H Syafril Harahap, pada Serambi, Kamis (3/3) mengatakan, ketidak seriusan eksekutif dapat dilihat mulai dari Dinas Perhubungan, yang tak menganggarkan pembangunan jalan menuju pelabuhan. Kemudian pengadaan tanah untuk lokasi pelabuhan juga tidak dilakukan.

Menurut Syafril, pembangunan pelabuhan CPO akan memberikan multiefek ekonomi kepada rakyat. Antara lain, harga sawit masyarakat akan meningkat dengan terpotongnya ongkos angkutan yang dikeluarkan perusahan, dan menghidupkan pengusaha angkutan kecil jarak dekat, termasuk terbukanya lapangan usaha baru bagi masyarakat, pedagang kecil dan kuli pelabuhan.

Sebelumnya, pada Musrembang 2010, Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra mengatakan, pelabuhan CPO masuk dalam salah satu dari empat prioritas pembangunan tahun 2011, dalam upaya penguatan ekonomi masyarakat dan investasi berbasis unggulan. Kala itu, Bupati menyebutkan, pembangunan pelabahun CPO, bukan barang baru, sebelumnya perusahan perkebunan kelapa sawit PT Socfindo dan PT Perkebunan Lembah Bakti telah memiliki. Namun, akibat musibah gempa dan kondisi keamanan di laut, maka semua fasilitas hancur.

Selama ini ada 10 perusahan perkebunan kelapa sawit besar, yang selama ini menjual CPO ke Medan, melalui jalur darat dengan biaya perjalanan cukup tinggi. Dengan adanya pelabuhan CPO maka, secara otomatis perusahaan akan kembali mengangkut lewat jalur laut, dengan biaya lebih murah.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 13 April 2011

Harga Sawit Naik

Thu, Mar 3rd 2011, 17:02

SINGKIL - Harga tandan buah sawit (TBS) di Aceh Singkil menembus rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya harga di tingkat petani Rp 1.300 per kilo, kini mencapai Rp 1.500 sampai dengan Rp 1.600 per kilo. Harga tersebut menembus rekor tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 2008 lalu senilai Rp 1.500 per kilo.
Tingginya harga sawit disambut baik para petani di sana, kendati produksi TBS, rata-rata mengalami penurunan. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Singkil, H Syafril Harahap, Kamis (3/3/2011), mengatakan, harga sawit di daerah ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Riau. Hal itu disebabkan tingginya biaya angkut CPO ke Medan. Ia berpesan petani menjaga kwalitas produksi TBS agar nilai jualnya tetap tinggi. "Pabrik akan membeli sawit harga mahal berdasarkan kadar minyak yang dihasilkan bukan berat timbangan," kata Syafril.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 11 April 2011

Perselisihan Warga dengan PT PLB Diselesaikan Secara Adat

Wed, Mar 2nd 2011, 08:21

SINGKIL - Warga Kampung Baru, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, sepakat menyelesaikan perselihan dengan PT Perkebunan Lembah Bakti (PLB) secara adat. Perdamaian dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani kedua belah pihak, di Mapolsek Singkil Utara, Senin (28/2) petang, disaksikan unsur Muspika setempat.

Isi perdamaian tersebut, kedua belah pihak yang berselisih sepakat saling memaafkan. Kemudian perusahan memberikan uang Rp 2,1 juta sebagai penembus perselisihan kampung dan memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid setempat. Selanjutnya, bila masyarakat melakukan lagi pencurian kelapa sawit perusahaan, akan diperoses melalui jalur hukum.

Proses perdamaian yang ditengahi Camat Singkil Utara, Deni Oskandar, Kapolsek Ipda Muhammad Ismail, sempat berjalan alot dalam tawar menawar nilai pengganti adat, serta kasus pemukulan yang tak masuk dalam perdamaian. Namun, setelah dilakukan pendekatan dari hati ke hati dengan memindahkan ruang pertemuan Mapolsek ke ruang Kapolsek, dicapailah kesepakatan damai.

Sebagaimana diketahui puluhan warga Kampung Baru, Minggu (27/2) mendatangi PT PLB. Hal itu dipicu ulah oknum centeng perusahan yang dituding menelanjangi tiga bocah warga setempat, sehari sebelumnya yang tertangkap mengambil buah sawit. Hingga berbuntut aksi balasan berupa pemukulan terhadap oknum centeng oleh masyarakat.

Sementara itu, Humas PT PLB Dede Syahputra, secara terpisah membantah terjadi penelanjangan yang dilakukan oknum centeng terhadap bocah yang mencuri sawit. Menurut Dede, kejadian sebenarnya, dari enam anak-anak yang kedapatan mengambil sawit dalam melakukan aksinya sebagian sudah tidak mengenakan pakian. “Jadi tidak ada aksi penelanjangan yang kesannya sangat tidak baik. Yang ada hanya menyuruh buka baju saja. Namun intinya kita sepakat menyelesaikan masalah ini dengan berdamai,” katanya.

Di bagian lain, Dede juga mengeluhkan tingginya pencurian sawit yang dilakukan oknum tertentu. Ia menguraikan pencurian hingga berujung pada perbuatan tercela serta aksi balasan pemukulan, merupakan akumulasi kekesalan para penjaga perkebunan lantaran aksi pencurian tidak juga berhenti kendati sudah berkali-kali diperingatkan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 08 April 2011

Warga Kampung Baru Datangi PT PLB

Mon, Feb 28th 2011, 08:28

SINGKIL - Puluhan warga Kampung Baru, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, Minggu (27/2) mendatangi PT Perkebunan Lembah Bakti (PLB) yang tidak jauh dari kampung mereka. Hal itu dipicu ulah oknum centeng perusahan yang menelanjangi tiga bocah warga setempat, Sabtu sore sehari sebelumnya yang tertangkap sedang mengambil berondolan sawit.

Warga dengan pengawalan aparat kepolisian bergerombol di pintu masuk PT PLB. Mereka datang menuntut pihak perusahan bertanggung jawab atas kasus penelanjangan tiga bocah oleh centeng kebun tersebut. Sebelumnya dilaporkan warga sempat menghakimi pelaku. Ketiga anak yang ditelanjangi tersebut antara lain, Amal (13), Firman (16) dan Eman (14).

Pada awalnya warga sempat beringas ingin merubuhkan pos penjagaan perusahan, lantaran pihak PT PLB yang sebelumnya mengajak bertemu tidak juga datang. Beruntung niat itu dapat dilerai oleh Keuchik Kampung Baru, Irwansyah. Dan tidak lama kemudian datang aparat kepolisian menenangkan massa. Semuanya ada enam anak yang ditangkap karena diduga mencuri sawit. Namun tiga anak lainnya yakni, Rahman (12), Anhar (12) dan Eko (12), menolak ditelanjangi, sehingga mendapat hukuman baris berbaris dari sang centeng.

Rahman (13) salah seorang anak yang tertangkap centeng PT PLB dihadapan masyarkat dan aparat kepolisian mengatakan, mereka dipaksa membuka pakaian namun ia dan dua kawanya menolak. Sementara temannya yang lain Amal, Firman dan Eman menurut perintah sang centeng. Menjelang malam, warga yang tak terima perlakuan centeng langsung mendatangi pelaku dan sempat terjadi pemukulan, walau akhirnya berhasil dilerai. “Kami diajak ketemu perusahan untuk menyelesaikan masalah, tapi ditunggu tak juga datang maka masyarakat marah,” kata Irwansyah.

Kemarahan warga mereda setelah Kasat Reskrim Polres Aceh Singkil, Iptu Benny Cahyady, bersama Kapolsek Singkil Utara Ipda M Ismail dan KBO Reskrim Ipda Kristanto Situmeang serta sejumlah aparat lainya memfasilitasi pertemuan masyarakat dengan perusahan yang diwakili D Syaputra Humas PT LPB. Dalam pertemuan itu disepakati penyelesaian itu, secara damai Senin (28/2) hari ini di Mapolsek Singkil Utara.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 07 April 2011

Pemkab Aceh Singkil Data Areal Sawah Produktif

Sat, Feb 26th 2011, 10:07

SINGKIL - Pemkab Aceh Singkil kini sedang mendata areal sawah produktif. Untuk menjaga agar areal itu tak dialihfungsikan, maka dalam waktu dekat ini akan mengajukan rancangan qanun (Raqan) perlindungan lahan pangan berkelanjutan ke DPRK setempat. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Aceh Singkil, H Asmauddin, pada Serambi Jumat (25/2) mengatakan, pembuatan qanun perlindungan lahan berkelanjutan, sangat dibutuhkan. Agar lahan pertanian yang sudah ada dapat dipertahankan, serta mencegah terjadinya alih funngsi. “Mulai minggu depan kita akan turun untuk mendata luas sawah berkelanjutan yang akan dilindungi,” katanya.

Disebutkan, perlindungan lahan pertanian berkelanjutan sudah diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor 41 Tahun 2009 yang berlaku secara nasional. Namun untuk lebih menguatkan diperlukan qanun agar penerapannya lebih epektif. “Dalam salah satu poinnya memuat sanksi berat, bagi siapa saja yang melakukan alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan seluas 1 hektar (Ha), harus diganti 5 Ha,” kata Asmauddin.

Sebagaimana diketahui, alih fungsi lahan pertanian di Aceh Singkil, terutama dari sawah ke kebun kelapa sawit dalam beberapa tahun kebelakang marak terjadi, menyusul menjadi primadonanya tanaman tersebut. Asmauddin mengklaim, selama menjabat sebagai Kadistan sekitar setahun ini, alih fungsi lahan pertanian menurun derastis, berkat upayanya turun ke lapangan memberikan pengertian kepada masyarakat. “Kendati demikian qanun sebagai pelindung lahan pertanian berkelanjutan harus dibuat, guna mengantisipasi bila ada yang tetap nekat melakukan alih fungsi,” pungkasnya.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Perusahan Perkebunan Didesak Lengkapi Dokumen Lingkungan

Thu, Feb 24th 2011, 08:56

SINGKIL - Perusahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil, didesak segera melengkapi dokumen lingkungan. Amdal untuk perusahan dengan luas lahan 3.000 hektar (Ha) ke atas dan dokumen lingkungan UKL-UPL (upaya pengelolaan lingkungan-upaya pemantauan lingkungan) bagi perkebunan dibawah 3000 Ha dan masyarakat dengan luas lahan diatas 25 Ha.

Kepala Bapedalda Aceh Singkil, Syamsul Bahri, pada Serambi, Selasa (22/2) mengatakan, banyak perusahan perkebunan yang belum memiliki dokumen analisa dampak lingkungan (Amdal). Begitu halnya dengan perkebunan masyarakat rata-rata belum mengurus proses perijinan dokumen lingkungan UKL-UPL.

“Pada hal itu penting sebagai salah satu bukti keabsahan dan pemantauan,” kata Syamsul di dampingi Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, Masdiana.

Masdiana menyebutkan, perusahan dan masyarakat yang kebunya sudah jadi dibawah tahun 2008, harus menyusun dokumen evaluasi lingkungan hidup (DELH) untuk Amdal atau menyusun dokumen pemantauan lingkungan hidup bagi UKL-UPL, paling lambat 3 Oktober 2011. “Hal itu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2010 pasal 2 ayat 2. Bagi yang tidak memiliki dokumen lingkungan hingga batas yang ditentukan, jelas melanggar Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” ujar Masdiah.

Masdiana menyebutkan, pihaknya sudah berupaya mengirim surat pemberitahuan kepada perkebunan kelapa sawit agar segera mengurus dokumen lingkungan. Namun surat tersebut tidak bisa diantar lantaran tak jelas alamatnya. Begitu juga ketika diantar langsung tidak dapat ditemuai. Disebutkan beberapa perusahan perkebuna besar yang belum menindak lanjuti dokumen lingkungan hidup, pada hal sudah disurati antara lain; PT KKS, PT Cakra Multi Sawit Mandiri dan PT Lasima.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 06 April 2011

Aceh Singkil Krisis Air Bersih

Sun, Feb 20th 2011, 11:22

SINGKIL - Kemarau yang melanda Aceh Singkil hampir sebulan belakangan, menyebabkan sejumlah wilayah di daerah ini mengalami kerisis air bersih. Sumur sebagai sumber utama memenuhi kebutuhan air dilaporkan banyak yang keringan.

Sumur warga kekeringan antara lain terjadi di Desa Suka Damai dan Pemuka, Singkil Utara. Untuk memenuhi kebuhan air penduduk di dua desa itu terpaksa harus dipasok dengan mobil tangki PDAM Tirta Singkil. Wadah air seperti, jerigen, ember serta drum terlihat berderet di pinggir jalan untuk diisi mobil tangki.

Begitu halnya dengan warga Pancang Dua, terpaksa harus menggunakan air rawa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kekurangan air juga dirasakan penduduk Kecamatan Singkil, Gunung Meriah, Suro dan kecamatan lainnya. Warga Suro, memanfaatkan aliran sungai dalam memenuhi kebutuhan air. “Mandi dan masak terpaksa menggunakan air rawa yang ada di dekat rumah, karena sumur sudah kering,” kata Ruslan Ketua Pemuda Pancang Dua.

Penyebab lain terjadinya kerisis air dimusim kemarau, lantaran tidak semuai daerah di daerah ini, dilayani fasilitas air bersih PDAM Tirta Singkil. Perusahan tersebut baru memasok kebutuhan bagi sebagain warga Singkil, Simpang Kanan dan beberapa wilayah lainnya. “Ke Singkil Utara sudah ada jaringan PDAM, tolong segera difungsikan. Sayang BRR sudah membangun kok, tak dimanfaatkan,” ujar Ruslan.(c39)

Sumber : Serambinews.com