Senin, 14 Februari 2011

Pulau Tuanku Nyaris Tenggelam

Sun, Jan 16th 2011, 11:08


Seorang warga berjalan di Pulau Tuangku, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil yang nyaris tenggelam. Foto direkam beberapa waktu lalu. SERAMBI/DEDE ROSADI

SINGKIL - Pulau Tuanku, di Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil nyaris tenggelam. Hamparan daratan pulau tersebut hanya terlihat ketika kondisi laut sedang pasang surut. Namun, saat air laut dalam kondisi pasang naik, wilayah daratannya tak bisa terlihat.

Pulau yang berjarak sekitar 15 menit perjalanan menggunakan perahu mesin tempel dari Pantai Cemara Indah Gosong Telaga itu, turun ke dasar laut pascagempa Nias April 2005 lalu. Tak satu pun tumbuhan tersisa di pulau yang dulunya sebesar lapangan sepakbola, dan kini tinggal seluas 10 meter persegi itu.

Sepanjang mata memandang hanya pasir putih dan batu karang yang terlihat. Padahal, menurut sejumlah warga, pulau itu masih terlihat hijau dengan aneka tumbuhan yang hidup di atasnya.

“Dulu, Pulau Tuanku tampak cukup luas. Ada pohon kelapa dan aneka jenis tumbuhan lainnya. Bahkan, dulu kami sering ke pulau itu untuk mengambil telur,” kata Ridwan (26) warga Gosong Telaga, Sabtu (15/1).

Ridwan bersama M Ishak (28) warga Gosong Telaga lainnya, dengan mancarter sebuah perahu nelayan sengaja mendatangi pulau tersebut. Mereka datang untuk melihat apakah pulau yang terlihat dari daratan selalu dihempas ombak itu, masih bisa ditanami atau tidak.

“Kita akan coba menanam pohon bakau di pulau itu. Mudah mudahan bisa tumbuh, agar pulau tersebut tidak sampai tenggelam,” kata M Ishak. Air laut di sekitar Pulau Tuanku sangat jernih, pasirnya pun putih sayangnya tak satu pun pohon tumbuh untuk dijadikan sebagai tempat berlindung bila berkunjung ke sana.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 13 Februari 2011

Ekploitasi Trumbu Karang Makin Mengkhawatirkan

Sat, Jan 15th 2011, 09:44

SINGKIL - Eksploitasi trumbu karang untuk dijadikan material bangunan di Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil terus saja berlangsung. Akibatnya beberapa gugusan pulau terus digerus abrasi, pasalnya trumbu karang yang biasanya jadi benteng pemecah ombak tidak ada lagi. Rusaknya trumbu karang juga mengganggu eksositem laut. Ikan kecil dan biota laut lainnya tidak bisa lagi berlindung dalam trumbu karangan dari serangan predator. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Sayangnya Pemkab Aceh Singkil, tidak bertindak tegas untuk melindungi trumbu karang dari gangguan tangan-tangan tak bertanggung jawab.

“Dilema memang, di satu sisi trumbu karang harus kita lindungi, tapi pada sisi lain masyarakat yang mengambilnya membutuhkannya untuk kebutuhan membangun rumah. Apalagi di Pulau Banyak tidak ada meterial lain, karena beli material dari daratan harganya tak terjangkau warga,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Singkil, Saiful Umar melalui Sekretaris DKP, Mufti SE, Kamis (13/1). Munurut Mufti, pelarangan pengambilan trumbu karang untuk membuat rumah oleh masyarakat setempat, harus disikapi secara bijak sana. Caranya dilakukan secara bertahap, trumbu karang yang sedang kembali tumbuh “diharamkan” diambil oleh siapapun, bila dilakukan maka akan ditindak tegas. Masyarakat masih ditolerir mengambil trumbu karang di lokasi tertentu, yang sudah mati dan tidak membahayakan.

Namun untuk penggunaan trumbu karang oleh rekanan yang mengerjakan proyek, Mufti menegaskan, tidak ada toleransi. “Baru-baru ini pak kadis memanggil rekanan yang diduga sempat menggunakan trumbu karang dalam proyeknya. Mereka diberi peringatan keras, kalau membandel maka akan dibawa ke jalur hukum,” ujarnya. Mufti menyebutkan, melakukan pencegahan secara menyeluruh terhadap penggunaan trumbu karang perlu dilakukan kerjasama lintas sektoral. Ia menyatakan penghentian total ekploitasi trumbu karang dapat dilakukan jika bahan bangunan dapat dipasok ke Pulau Banyak dengan harga terjangkau.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 02 Februari 2011

Baru Selesai Dibangun, Abutmen Jembatan Lae Sikabu Ambruk

Fri, Jan 14th 2011, 09:01

SINGKIL - Baru selesai dibangun pada Desember 2010 lalu, tanggul pengaman abutmen jembatan Lae Sikabu, di Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, kini telah ambruk. Diduga ambruknya jembatan tersebut karena pengerjaannya dilakukan secara terburu-buru lantaran dikejar waktu.

Nizam pengawas pembangunan jembatan Lae Sikabu, Kamis (13/1) mengakui pembangunan abutmen jembatan tersebut terburu-buru. Namun, Nizam menyebutkan, ambruknya pengaman abutmen jembatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,16 miliar itu karena diterjang banjir. Kemudian pembangunan tanggul pengaman dilakukan sebelum penimbunan. “Ambruknya tanggul pengaman karena dikerjakan terburu-buru, serta dihantam banjir,” kata Nizam sambil menunjukan foto jembatan Lae Sikabu ketika terendam banjir.

Abutmen jembatan yang menjadi satu-satunya penghubung Desa Tanjung Mas, Cibubukan dan Desa Serasah dengan wilayah lainnya itu, kini sedang diperbaiki oleh beberapa pekerja yang diawasi Nizam. Sementara itu Razali tokoh masyarakat setempat mengatakan, pengerjaan pembangunan jembatan tersebut dibeberapa bagian tidak dilakukan secara baik sehingga dikhawatirkan tidak tahan lama. Apalagi setiap musim penghujan banjir selalu terjadi.

Ia mencontohkan beton penyangga jembatan ditambal-tambal untuk menutupi yang retak. Termasuk pembangunan tanggul pengaman abutmen yang ambruk posisinya diratakan, padahal, menurutnya, harus memiliki ketinggian berbeda dengan sisi lainnya.(c39)

Sumber : Serambinews.com