Senin, 22 November 2010

Lagi, PT Socfindo Didemo

Tue, Nov 23rd 2010, 11:41

Ketua DPRK Aceh Singkil Putra Ariyanto menaiki pintu gerbang PT Socfindo, Lae Butar, Gunung Meriah, untuk menyampaikan orasi dalam unjuk rasa yang dilakukan berbagai elemen sipil terhadap perusahan tersebut, Senin (22/11). Dalam orasinya Putra mengajak perusahan dan pendemo berdialog di Kantor DPRK guna mencari solusi.SERAMBI/DEDE ROSADI


SINGKIL – Untuk yang kedua kalinya, Senin (22/11) ratusan massa dari berbagai elemen sipil kembali melakukan aksi unjuk rasa, ke kantor PT Socfindo, Lae Butar, Gunung Meriah, Aceh Singkil. Tuntutannya tetap sama seperti demo pada Senin (15/11) lalu, yakni mendesak perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut menaikan gaji karyawan, memindahkan pabrik dan merealisasikan program Coorporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

Selain berdemo ke PT Socfindo, ratusan massa yang terdiri dari LSM Forum Pemuda Peduli Aceh Singkil (FoPPAS), badan eksekutif mahasiswa (BEM) Staisar, Akper Aceh Singkil, STIP Aceh Singkil, komite aksi mahasiswa muslim Indonesia (KAMMI) Aceh Singkil, serta perwakilan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Gunung Meriah, juga berunjuk rasa ke kantor DPRK setempat di Kampung Baru, Singkil Utara.

Di PT Socfindo, massa melakukan orasi di pintu gerbang perusahan yang dijaga ketat aparat kemanan. Dalam orasi yang dilakukan secara bergantian itu, meminta perusahan perkebunan kelapa sawit tersebut manaikan gaji karyawannya sesuai dengan peraturan Gubernur Aceh Nomor 132 Tahun 2009. Disebutkan Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh sebesar Rp 1.300.000/bulan, sementara yang dibayar perusahan hanya Rp 1.005.000/bulan. “Kemana sisa uang gaji pegawai dan karyawan semenjak diterbitkan peraturan gubernur yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2010,” teriak Zulkarnain Bancin salah seorang pengunjuk rasa dalam orasinya.

Syafaruddin orator lainnya menyebutkan, pembayaran upah tidak sesuai dengan UMR seharusnya ditindak lanjuti pihak kepolisian, sebab kasus tersebut bukan merupakan delik aduan. Ia juga menuding limbah industri pabrik kelapa sawit PT Socfindo telah mencemari sungai Lae Cinendang. Kendati tidak secara langsung dirasakan dampaknya, namun warga yang menggunakan air sungai tersebut mengalami gangguan kesehatan, seperti gatal-gatal.

Di kantor DPRK
Setelah berorasi hampir dua jam, pengunjuk rasa dengan difasilitasi kepolisian diundang untuk melakukan dialog di kantor PT Socfindo, namun ditolak. Demonstran menantang perusahan melakukan dialog secara terbuka disaksikan seluruh masyarakat yang hadir dan diliput media. Di tengah kebuntuan negosiasi Ketua DPRK Aceh Singkil, Putra Ariyanto yang hadir di tengah-tengah pengunjuk rasa berupaya menengahi.

Dengan memanjat pintu gerbang perusahan, Putra Ariyanto menawarkan pada pengunjuk rasa dan perusahan melakukan pertemuan di kantor DPRK guna mencari jalan keluar terbaik, ketimbang tetap mempertahankan ego masing-masing. Dan ajakan itu disahuti kedua belah pihak. Sesampainya di kantor wakil rakyat pengunjuk rasa kembali melakukan orasi, sesekali di hiasi teriakan usir PT Socfindo.

Pihak perusahan yang diwakili Adm PT Socfindo Frans Tambunan, serta petinggi perusahan dari Medan, Sumatera Utara menyatakan upah yang diberikan telah sesuai undang-undang, terdiri dari gaji pokok Rp 1.005.000 plus tunjangan sehingga jumlahnya sama dengan yang dituntutan pengunjuk rasa. Sementara para pendemo yang memadati ruang rapat DPRK menuntut gaji pokok sesuai dengan aturan yaitu, Rp 1.300.000 diluar bonus atau tunjangan.(c39)

sumber : Serambinews.com

Minggu, 21 November 2010

Ratusan Hektar Lahan Tidur Digarap Jadi Sawah

Sat, Nov 20th 2010, 11:23

SINGKIL – Sekitar 400 hektar lahan tidur dan telantar di Aceh Singkil, telah digarap menjadi areal sawah baru, melalui program optimasi lahan sumber dana Otsus APBA dengan anggaran Rp 2 miliar.

Kepala Dinas Pertanian Aceh Singkil, H Asmauddin, Jumat (19/11) mengatakan, cetak sawah baru hampir seratus persen rampung. Bahkan di Kecamatan Pulau Banyak Barat, seluas 15 hektar sudah dilakukan panen perdana dengan hasil 3 sampai dengan 4 ton gabah perhektarnya. Kecuali di beberapa lokasi yang terkena musibah banjir, seperti Ujung Bawang, Kecamatan Singkil, terpaksa dilakukan penyemaian benih ulang.

Disebutkan, pencetakan sawah baru dalam tahun 2010 ini, dilakukan secara merata di suluruh kecamatan dengan melibatkan 27 kelompok, atau sekitar 700 kepala keluarga (KK). Optimasi lahan terluas berada di Kecamatan Singkil, sekitar 120 hektar. “Dengan dibukanya lahan tidur atau telantar, petani mulai bangkit untuk kembali bersawah,” kata Asmauddin.

Secara terpisah Kabid Produksi Dinas Pertanian Aceh Singkil, Kuatno, merincikan, dalam dua tahun (2009-2010) total lahan yang sudah dioptimasi seluas 465 hektare. Rata-rata hasil panen yang dihasilkan sekitar 4 ton per hektarnya. “Ini sudah cukup bagus untuk membangkitkan semangat petani. Kita mengupayakan petani mau kembali ke sawah, sambil belajar teknis bersawah yang baik,” ujarnya.

Sementara itu, dari Kecamatan Kuala Baru, dilaporkan setelah sempat 15 tahun lahan pertanian terlantar, Kelompok Tani Usaha Baru, Kampung Kayu Menang kembali garap lahan pertanian seluas 11 hektare. Jumlah kelompok tani yang dilibatkan sebanyak 30 KK yang sebelumnya merupakan nelayan dan mengambil kayu di hutan.

Panen perdana
Keberhasilan membuka sawah baru juga dirasakan kelompok tani Lae Bara, Desa Siatas, Kecamatan Simpang Kanan. Kelompok ini berhasil membuka lahan terlantar seluas 80 hektar. Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra, serta sejumlah pejabat lainnya melakukan panen perdana dengan hasil 4 ton per hektarenya.

Untuk menyemangati petani, Dinas Pertanian setempat meyerahkan bantuan mesin perontok padi, serta alat pengolah pupuk organik. “Selain membantu membuka lahan sawah, kita juga memberikan bantuan alat pembuat pupuk organik. Tujuannya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bila digunakan secara terus menerus,” pungkas Asmauddin.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 15 November 2010

Ratusan Massa Demo ke Kantor PT Socfindo


Tue, Nov 16th 2010, 10:30

SINGKIL – Ratusan massa dari berbagai elemen, LSM dan perguruan tinggi di Kabupaten Aceh Singkil, Senin (15/11) berunjuk rasa ke Kantor PT Socfindo, Lae Butar, Gunung Meriah. Mereka menuntut perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut merealisasikan program Coorporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

Kelompok massa yang terdiri dari Forum Pemuda Peduli Aceh Singkil (FoPPAS), badan eksekutif mahasiswa (BEM) Staisar, Akper Aceh Singkil, STIP Aceh Singkil dan komite aksi mahasiswa muslim Indonesia (KAMMI) Aceh Singkil, memulai unjuk rasa di Simpang Empat Rimo, hingga memacetkan arus kendaraan dari ke dua arah Singkil-Subulussalam. Di lokasi itu demonstran yang dilengkapi atribut almamater masing-masing kampus, bendera serta pengeras suara melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan kekejaman perusahaan terhadap buruh.

Selanjutnya massa bergerak ke depan kantor Socfindo yang berjarak sekitar 500 meter dari Simpang Empat Rimo. Di sana pengunjuk rasa kembali berorasi, selain menuntut CSR, mereka mendesak perusahan memindahkan pabrik kelapa sawit dari pemukiman penduduk karena bau limbahnya telah mengganggu kesehatan masyarakat. “Pabrik PT Socfindo pindahkan dari pemukiman penduduk karena telah mengganggu kesehatan,” teriak Safaruddin Tanjung Koorlap dalam aksi tersebut.

Sementara Asbaruddin, Pembina FoPPAS dalam orasinya meminta perusahan memberikan upah sesuai dengan peraturan Gubernur Aceh nomor 132 tahun 2009. Kemudian perusahaan menerima tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik masyarakat dengan harga maksimal. Selanjutnya perusahaan perkebunan tertua di Aceh Singkil itu mengutamakan putra daerah dalam penerimaan karyawannya.

Aksi unjuk rasa yang sebelumnya berlangsung damai tiba-tiba memanas. Hal itu dipicu, ketikan massa mendekati pintu gerbang perusahaan, dari dalam ada yang berteriak hidup Socfindo. Demonstran yang tidak terima atas teriakan itu berusaha mencarinya, namun tidak berhasil. Ketegangan kian meningkat ketika pihak perusahan menolak menemui para pendemo di luar pagar.

Ketegangaan mereda setelah koordinator demo berhasil menenangkan massa yang sempat beringas dengan menaiki pagar perusahaan. Selanjutnya dengan dipasilitasi aparat keamanan perwakilan demonstran melakukan dialog dengan pihak perusahaan.

Sudah diterapkan
Dalam dialog tersebut perusahan yang diwakili Adm PT Socfindo, Frans Tambunan serta sejumlah asisten mengatakan, program CSR sudah dilakukan pihaknya, namun kurang terpublikasi sehingga banyak masyarakat tidak tahu. Dia juga menjanjikan akan memenuhi tuntutan pendemo, namun tidak semuanya tapi sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan pengunjuk rasa mengancam akan melakukan aksi serupa dengan massa lebih besar, jika hingga Senin, 22 November 2010 tuntutan mereka tidak dipenuhi perusahaan.(c39)

Sumber : Serambinews.com