Senin, 31 Oktober 2011

Tiga Provinsi Rasakan Gempa Aceh

TUESDAY, 06 SEPTEMBER 2011 17:10

BANDA ACEH - Gempa bumi berkekuatan 6,7 pada Skala Richter yang berpusat di Kabupaten Aceh Selatan, Selasa dini hari, dirasakan di sembilan wilayah pada tiga provinsi di Indonesia.

Staf operasional BMKG Stasiun Geologi Mata Ie di Aceh Besar, Fany menyebutkan kesembilan wilayah itu ada di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Mereka merasakan getaran gempa yang berpusat di daratan Kabupaten Aceh Selatan, sekitar pukul 00.55.12 WIB.

“Pusat gempa tersebut persisnya berada di darat. Meski hingga kini belum terdeteksi adanya gempa susulan, namun kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada,” katanya hari ini.

Sejauh ini, gempa bumi ini merusakkan rumah penduduk, sejumlah fasilitas publik seperti sekolah dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat serta menelan korban jiwa seorang anak meninggal dunia serta beberapa warga lain terluka di Aceh Singkil.

Sumber Waspada.co.id

Gempa Singkil Telan Dua Korban Jiwa

TUESDAY, 06 SEPTEMBER 2011 15:08

(WOL Photo)
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan gempa bumi berkekuatan 6,7 skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Pantai Barat Selatan Provinsi Aceh, pada Selasa pukul 00:55:12 WIB telah menelan dua korban jiwa.

“Berdasarkan data sementara yang diterima diketahui bahwa dua orang meninggal dunia dan satu orang luka ringan,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta tadi siang.

Ia menambahkan, berdasarkan data sementara tersebut juga diketahui bahwa satu tempat ibadah rusak berat, tiga rumah rusak berat, 15 rumah rusak ringan dan satu unit gedung akbid rusak berat. “Selain itu 160 toko mengalami kebakaran karena korsluit arus pendek,” katanya.

Dia juga mengatakan hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih terus berkoordinasi dan melakukan pendataan. “Hingga saat BNPB masih melakukan koordinasi dengan BPBD Aceh dan BPBD Sumatera Utara serta dinas lainnya untuk melakukan pendataan,” katanya.

Dia menambahkan, pihaknya akan terus memberikan informasi mengenai perkembangan dampak gempa. Kepala BMKG Meulaboh Kabupaten Nagan Raya, Edi Darlupti menyebutkan, gempa terletak pada lokasi 2,81 lintang utara (LU) 97,85 bujur timur (BT) atau 59 kilometer timur laut Singkil Baru Provinsi Aceh, di kedalaman 78 kilometer. Dia juga menjelaskan, gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami.

Sumber Waspada.co.id

Kamis, 08 September 2011

Aceh Singkil Digoyang Gempa

Rabu, 7 September 2011 04:45 WIB

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Gempa berkekuatan 6,7 skala richter (SR), 59 KM Timur Laut Singkil Baru, Selasa (6/9/2011) pukul 00:52 WIB dini hari, sejauh ini tidak menimbulkan kerusakan. Kecuali kepanikan warga, listrik padam, serta komunikasi sempat terganggu beberapa saat.

Camat Singkil Utara Denny Oskandar, yang wilayahnya berada di pusat gempa mengatakan, tidak ada kerusakan maupun korban jiwa. "Sejauh ini aman belum ada laporan kerusakan. Untuk korban jiwa dipastikan tidak ada," katanya. Begitu juga dengan Kecamatan Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat dan Kuala Baru, yang berada di tengah laut, tidak ada laporan kerusakan akibat gempa.

"Belum ada laporan kerusakan, tadi malam kami langsung ke dermaga mengecek tidak ada tanda-tanda akan tsunami. Namun karena masih gelap, pagi ini kami akan melakukan lagi pemantau," jelas M Hasbi Camat Pulau Banyak Barat.

Hal yang sama disampaikan Sekda Aceh Singkil HM Yakub KS. Ia mengatakan, sejak kejadian gempa pihaknya langsung siaga dan melakukan pemantauan. Hingga pagi tadi tidak ada laporan kerusakan dan korban. "Listrik saja yang mati sampai pagi, dan warga sesuai arahan karena lokasi gempa di daerah kita sebagian ada yang mengamankan diri ke Gunung Meriah. Saya himbau agar berhati-hati tetap tenang, jangan sampai terjadi musibah justru akibat kelalian," kata HM Yakub.

Sumber Serambinews.com

Jumat, 29 Juli 2011

Selesaikan sengketa lahan Singkil

SUNDAY, 29 MAY 2011 15:08

BANDA ACEH - Pemerintah Provinsi Aceh diminta segera menyelesaikan sengketa lahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat di sejumlah desa di Kabupaten Aceh Singkil. "Saya melihat sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan perkebunan milik swasta Malaysia itu harus segera diselesaikan dengan baik oleh pemerintah," kata Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh, Karimun Usman, sore ini.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi aksi unjuk rasa ratusan warga Aceh Singkil di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh di Banda Aceh, baru-baru ini.

Karimun Usman menilai aksi unjuk rasa itu merupakan akumulasi dari kekecewaan masyarakat karena merasa haknya telah diambil untuk perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan swasta tersebut.

"Karenanya, kami meminta agar masalah sengketa tanah lahan kelapa sawit di Aceh Singkil dan Kota Subulussalam diselesaikan sesuai hukum yang berlaku, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan," katanya.

Mantan anggota DPR RI periode 1999-2004 itu juga meminta Pemerintah Aceh menurunkan tim untuk melakukan investigasi guna mencari pembuktian lebih konkret apakah operasional perusahaan perkebunan negeri jiran tersebut benar telah merampas lahan masyarakat.

"Kalau memang memang perusahaan itu beroperasi di atas lahan milik adat dari masyarakat maka sebuah kesalahan dan harus diusut sebab warga sebagai pemiliknya sudah dirugikan," kata dia.

Ratusan warga Aceh Singkil yang berunjuk rasa di Kantor BPN Aceh di Banda Aceh, sebelumnya menyatakan bahwa konflik lahan terjadi antara masyarakat dengan PT Ubertraco, perusahaan sawit asal Malaysia. Perusahaan itu mendapat izin Hak Guna Usaha (HGU) seluas 10.917 hektare pada 1988.

Kemudian perusahaan itu mendapat izin tambahan seluas 3.007 hektare, sehingga total lahan yang digarap mencapai 13.924 hektare, namun perusahaan itu, menurut pengunjuk rasa, juga menyerobot tanah masyarakat. Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyatakan siap menjadi mediator untuk pengukuran ulang batas tanah HGU PT Ubertraco dengan milik masyarakat.

SUmber : Waspada.co.id

Senin, 25 Juli 2011

Kadishubun Aceh Barat: Kilang Mengolah Kayu dari Lahan Masyarakat

Sat, May 21st 2011, 10:10

MEULABOH - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Aceh Barat, Jumat (20/5) memanggil sejumlah pengusaha yang mempunyai kilang kayu (saw mill) di wilayah itu. Pemanggilan itu guna diketahui bahan baku kayu yang selama ini mereka olah yang selanjutnya didistribusikan ke panglong-panglong. Kadishutbun Aceh Barat, T Helmi SP MM kepada Serambi, kemarin usai pertemuan itu mengaku pihaknya sudah mempertanyakan kepada pengusaha yang mengalola kayu yakni diperoleh keterangan bahwa kayu yang diolah mereka adalah kayu yang dibawa masyarakat yang merupakan hasil tebangan di lahan masyarakat dan bukan di kawasan hutan. “Kayu diolah itu yang dibawa sudah ada surat keterangan dari keuchik/kepala desa,” ujar Helmi.

Ia menjelaskan pemanggilan ini guna mengetahui persis dan kepada pengusaha itu juga sudah diingatkan agar tidak mengolah kayu-kayu ilegal, sebab bila ditemukan hal itu akan diambil tindakan tegas serta izin kilang akan dicabut. Ia mengaku di Aceh Barat saat ini ada tiga usaha kilang kayu yang selama ini mengolah kayu-kayu yang dibawa oleh masayarakat hasil tebangan di lahan masing-masing masyarakat. Helmi menyatakan dalam pertemuan itu pihaknya sudah menetakankan kepada pemilik kilang agar selalu memberikan laporan tiap bulan terhadap kayu yang mereka olah milik siapa serta jumlahnya. “Memang selama ini laporan dari pihak kilang ke kita kurang dan ke depan sudah kita minta dilaporkan,” ujar Helmi. Kadishutbun ini juga menjelaskan terhadap kayu-kayu yang selama ini dijual di panglong-panglong itu merupakan kayu yang dipasok dari kilang, dan mempunyai surat. Meski demikian, ia juga akan terus melakukan pengawasan dan pengecekan dan bila ditemukan kayuilegal maka akan ditangkap.(riz)

sumber : Serambinews.com

Senin, 27 Juni 2011

Warga Kota Baharu Kembali Terjangkit Ulkus

Sat, May 7th 2011, 08:23

SINGKIL - Darmawan (14) ramaja asal Desa Mukti Lincir, Kecamatan Kuta Baharu, Aceh Singkil, sejak seminggu ini terbaring di ruang rawat inap bedah RSUD Aceh Singkil. Tangan sebelah kirinya membusuk, sebagian besar dagingnya meluruh, badannya tinggal tulang terbalut kulit. Suaranya nyaris tak terdengar.

Anak kedua pasangan Amin Maulana dan Nyainem ini, menderita ulkus (borok bernanah), sama dengan penyakit yang pernah menyerang sekitar 18 warga Kota Baharu, medio Mei 2010 lalu. Pada awal mencuat ke publik, nama penyakit tersebut sempat simpang siur. Setelah dilakukan diagnosa dipastikan ulkus, dengan jenis penyakit bernama infeksi jamur subkutan (sporotrichosis) dan infeksi sekunder, tidak berbahaya dan dapat disembuhkan secara medis.

Selanjutnya untuk penangan dan pencegahan, dilakukan pengobatan pada penderita, peningkatan pelayanan kesehatan, penyuluhan cara hidup bersih dan sehat serta pemantauan daerah kasus ulkus.

Setahun sudah penyakit tersebut tidak terdengar lagi, para penderita dilaporkan sudah sembuh setelah mendapat pengobatan hingga dirujuk ke salah satu rumah sakit yang ada di Medan Sumetera Utara (Sumut).

Darmawan pada saat penyakit borok itu menyerang belasan warga Kuta Baharu, juga termasuk di dalamnya. Namun sekitar lima bulan belakangan penyakit tersebut kembali kambuh dan meluluhkan daging di tangan sebelah kiri hingga ke bahu siswa kelas VI sekolah dasar.

Tak punya biaya
Kepala Ruangan Rawat Inap Bedah Andika, yang dikonfirmasi Serambi, Jumat (6/5) mengatakan, pihak rumah sakit sudah menganjurkan agar pasien di rujuk ke Medan. Agar mendapat perawatan yang lebih baik, tapi keluarga korban tidak mau. Pihaknya sajauh ini hanya bisa melakukan perawatan sesuai petunjuk dokter yang menangani. “Perawatan terhadap pasien terus dilakukan. Tim dinas kesahatan juga sudah datang. Kita anjurkan dirujuk tapi keluarga pasien belum mau,” kata Andika.

Amin orang tua Darmawan mengatakan, keluarganya tidak mau membawa anaknya dirujuk, karena alasan ekonomi. Kendati biaya pengobatan ditanggung JKA atau Jamkesmas, namun bekal untuk menemani pasien tetap harus ada. Dan itu yang tidak dimilikinya.

“Dulu saja waktu sakit pertama habis jutaan untuk biaya makan dan minum kami yang mengantar. Sekarang sudah tidak sanggup lagi. Jadi saya tidak mau kalau harus dirujuk,” katanya.

Dengan pandangan mata kosong, suara nyaris tak terdengar, Darmawan menuturkan, selama perawatan tidak ada selera makan, sehingga badannya menjadi kurus kering. Satu-satunya keinginannya adalah mengikuti ujian agar bisa meneruskan sekolah ke tingkat SMP. “Saya ingin pulang bang, agar bisa ikut ujian,” ujarnya lirih.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Wilayah Singkil Tergenang

Sat, Apr 30th 2011, 13:25

Laporan wartawan Serambinews.com, dede rosadi - Aceh Singkil


BERMAIN - Sejumlah anak di Lae Ijuk, Gunung Meriah, Aceh Singkil, Sabtu (30/4) bermain di halaman rumahnya yang tergenang banjir luapan sungai. Serambinews.com/dede rosadi

SINGKIL - Sampai Sabtu (30/4) hari ini, sebagian wilayah Kabupaten Aceh Singkil, masih tergenang banjir. Sungai besar Singkil meluap pasca hujan lebat yang mengguyur wilayah itu sejak kemarin.

Pantauan Serambinews.com, pemukiman penduduk dan perkebunan kelapa sawit di kawasan Lae Ijuk, Kecamatan Gunung Meriah, tergenang. Di daerah ini air sudah menyentuh lantai. Kemudian jalan menuju Rantau Gedang dan Teluk Rumbia, Singkil sudah tergenang. Kawasan itu menjadi mudah tergenang air karena jebolnya tanggul pengaman banjir.

Sumber : Serambinews.com

Menanti Jalan Singkil-Trumon

Wed, Apr 27th 2011, 08:03

Sadri Ondang Jaya - Opini
HARI ini, Rabu, 27 April 2011, Kabupaten Aceh Singkil memperingati hari jadi ke-XII. Selama kabupaten ini berdiri, ada salah satu keinginan masyarakat yang belum terealisasi. Yaitu, pembangunan ruas jalan baru Singkil-Bulusema, Trumon (Aceh Selatan) melalui lintas Kuala Baru.

Pembangunan infrastruktur ini, agaknya perlu mendapat respons dan dukungan positif dari semua pihak. Terutama, dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh. Kalau bisa ini menjadi “kado istimewa” untuk Aceh Singkil dalam usianya yang ke dua belas tahun ini.

Sebab, pembangunan jalan di ceruk pesisir pantai ini, sangat strategis, urgensi dan segala-galanya bagi masyarakat Aceh Singkil. Dengan adanya jalan ini bukan saja membuka Aceh Singkil dan Aceh Selatan dari keterisoliran. Tetapi juga akan menumbuhkan sentra-sentra baru perekonomian rakyat.

Masyarakat yang ingin menjual hasil cocok tanam dan alam ke daerah lain pun menjadi lebih mudah. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi rakyat kawasan jalan di dua daerah itu, akan lebih cepat dan signifikan. Dan rakyat pun semakin makmur.

Karena ketidakadaan jalan terebos, yang datang ke Aceh Singkil, selama ini, adalah orang Singkil sendiri. Oleh sebab pulang kampung--melihat sanak famili--atau karena setelah bepergian dari daerah lain. Kalau pun ada orang lain yang berkunjung ke Singkil sangat minim dan karena ada keperluan. Misalnya, keperluan dinas. Setelah urusan selesai, mereka balik kanan, pulang ke daerah asal, dengan melalui pintu masuk (datang).

Datang ke Singkil ibarat menuju rumah di gang buntu, masuk dari gang itu dan keluar dari gang itu lagi. Aceh Singkil tidak mempunyai jalan penghubung (punya akses) dengan daerah-daerah lain di Aceh. Singkil bagaikan kota yang kurang gairah. Akibatnya, membuat akselerasi dan dinamika penduduk dan pertumbuhan ekonomi masyarakat lambat serta akses informasi dan transpotasi minim. Sehingga dari aspek ini, daerah yang berjuluk negeri Syekh Abdurrauf, tergolong daerah terbelakang dari 23 kabupaten/kota yang ada di Aceh.

Jika ruas jalan baru sepanjang 50,8 km ini dibangun, Singkil tidak lagi terisolir. Ia akan menjadi kota transit antara beberapa kabupaten/kota. Masyarakat pesisir pantai Sumatera Utara yang mau berpergian ke daerah pesisir pantai Barat Aceh menjadi lebih mudah. Jarak dan waktu tempuh pun menjadi sangat dekat dan singkat dibandingkan melalui jalan Subulussalam-Aceh Selatan.

Kalau dari Singkil menuju Tapaktuan melalui Kota Sibulussalam mencapai jarak tempuh sekitar 157 km, sedangkan dari Singkil ke Tapaktuan melalui jalan yang bakal dibangun (Kuala Baru-Bulusema), hanya 50 km saja. Jadi bisa diperpendek jarak mencapai 107 km.

Pembangunan ruas jalan ini, sebagiannya melintasi kawasan ekosistem Leuser (KEL). Sehingga ada pihak-pihak “menghadangnya” dengan mengatasnamakan “cinta lingkungan”. Mereka berkampanye, bila jalan ini dibangun lingkungan akan rusak. KEL merupakan paru-paru dunia.

Propaganda itu benar. Namun selama ini, mereka lupa dengan kemiskinan yang telah berpuluh-puluh tahun mendera masyarakat karena ketidakadaan akses ke luar (terisolir). Maunya, ada keseimbangan. Manusia sejahtera lingkungan tetap lestari.

Dulu, Papua disebut sebagai bola Asia-Pasifik yang harus diselamatkan dan dijaga kelestarian hutannya. Kanyataan hari ini di sana hutan telah rusak, karena telah berdiri Freeport yang keuntungannya sangat minim bagi rakyat.

Seorang teman nyeletuk, jangan-jangan “pahlawan” lingkungan dan orang luar (Eropa) itu, menganjurkan pelestarian kawasan Ekosistem Leuser, bertujuan, agar potensi alam tidak pernah dinikmati rakyat. Akhirnya, rakyat tetap miskin, kerdil, dan lemah. Sehingga, mudah dijajah.

Bijak
Dari diskursus di atas, pembangunan ruas jalan baru ini, memerlukan pertimbangan, analisa yang matang dan bijak. Prinsif kearifan dan kehati-hatian perlu diterapkan. Sebab, itu tadi, sebagian ruas jalan yang mau dibangun, akan melalui titik hutan suaka marga satwa.

Karena ini kawasan hutan lindung, paling tidak terlebih dulu harus dilakukan pertimbangan aspek hukum, teknis, sosial, ekonomi, dan risiko yang terkait dengan kondisi sekitarnya.Tegasnya, pembangunan jalan ini, harus selaras dengan faktor ekologis, sosiologis, aspek formil dan teknisnya.

Ini dilakukan karena pembangunan jalan terkait dengan kondisi lahan dan geologi serta isu internasional tentang pelestarian lingkungan hidup. Banyak sekali aturan-aturan dan “opini” yang menganjal pembangunan jalan ini. Kalau pembangunan jalan dilanjutkan semata-mata mengandalkan “semangat” membangun agar terbebas dari keterisoliran, dan keinginan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, tanpa memperhatikan aspek-aspek lain. Hal ini akan menjadi, preseden buruk. Bahkan “bumerang”.

Bisa-bisa kita akan digugat. Sebab, pembangunan jalan ini telah berbenturan dengan berbagai kepentingan dan pemanfaatan kawasan hutan lindung negara. Apalagi KEL, sudah menjadi isu dan milik dunia internasional. Dari aspek pertumbuhan ekonomi dan sosiologis, pembangunan ruas jalan Singkil-Blusema sangat urgensif dan mendesak. Kalau dipertanyakan pada masyarakat, pembangunan jalan ini sangat penting. Masyarakat berasumsi, sejatinya tujuan pembangunan, adalah membangun manusia. Bukan hewan atau tumbuhan. Apa artinya kemerdekaan dan pembangunan, kalau hidup masyarakatnya melarat, terlunta-lunta, dan miskin papa. Sementara monyet, harimau, gajah, tumbuhan, dan satwa lainnnya hidup dalam kesenangan. Ini jelas, sesuatu yang absurd.

Solusi
Tidak bisa dipungkiri, adanya akses transportasi di kawasan hutan, dapat menyebabkan maraknya pencurian kayu dan KEL akan luluh lantak. Namun, ilegal loging ini, tidak perlu dikuatirkan. Justru masyarakat Aceh Singkil, secara turun-temurun telah menjaga dan melestarikan hutan (Leuser).

Kalau hutan Aceh Singkil rusak, yang pertama menderita adalah masyarakat setempat. Apalagi pembangunan ruas jalan Singkil-Bulusema merupakan kebutuhan dan kehendak yang kuat dari masyarakat. Jadi segala konsekuensi dan solusi yang konstruktif pasti mendapat dukungan dari mereka.

Kemudian ada tawaran jalan keluar yang saling menguntungkan (win-win solusion). Pertama, pembangunan ruas jalan disesuaikan saja dengan kebutuhan publik. Tidak usah lebar jalan sampai 12 meter. Cukup 6 meter atau 4,5 meter saja. Dua, sepanjang jalan, di pingir kanan dan kirinya, dibuat pagar. Agar masyarakat tidak merambah kawasan hutan. Tiga, perlu partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan hutan. Empat, dibuat perangkat aturan yang sifatnya memberikan penghargaan kepada yang melestarikan dan menanam hutan. Kemudian memberikan hukuman denda bagi siapa yang merambah hutan.

Prinsif keseimbangan harus menjadi “panglima”, pembangunan jalan Singkil-Bulusema tetap jadi. Satwa di KEL pun tidak terganggu. Pepatah “ibarat mengambil rambut dalam tepung” berlaku di sini.

* Penulis adalah pengurus KNPI Aceh Singkil.

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Juni 2011

Terima Laporan Illegal Logging

Tim Mabes Polri Turun ke HGU PT Dalanta
Sat, Apr 9th 2011, 08:28

SINGKIL - Tim gabungan Mabes Polri dan Polres Aceh Singkil, Kamis (7/4) turun ke lokasi HGU PT Dalanta, di Kecamatan Danau Paris, Aceh Singkil. Polisi turun setelah menerima laporan dari seorang warga bahwa di areal calon perkebunan kelapa sawit milik H Syafriadi Manik alias Oyon, telah terjadi praktik illegal logging. Namun setelah tim turun tidak terbukti.

Kapolres Aceh Singkil AKBP H Helmi Kwarta didampingi Kasat Reskrim Iptu Benny Cahyady, Jumat (8/4) mengatakan, laporan adanya praktik illegal logging disampaikan Ucok Marpaung ke Mabes Polri, yang dilengkapi foto kayu. Begitu tim gabungan turun, polisi menemukan kayu gelondongan teridentifikasi jenis meranti terikat di sungai antara HGU PT Dalanta. Namun kayu tersebut terlihat sudah lama.

Sementara kayu di kebun H Oyon, baru ditebang dan dibiarkan tergeletak di lokasi HGU-nya. “Di lokasi PT Dalanta juga ditemukan lima buah beko, tiga sedang bekerja, dua rusak. Kayu pun ada, namun ketika dibandingkan dengan yang ditemukan di sungai sesuai laporan Ucok Marpaung tidak sama,” kata Helmi.

Kapolres menambahkan, selanjutnya tim gabungan menyusuri ke arah hulu sungai. Tidak berapa jauh, ditemukan kilang kayu (sawmill) milik H Ramlan. Di sana ditemukan kayu sekitar tiga puluh batang dengan ciri-ciri mirip dengan yang ditemukan terikat di sungai antara HGU PT Dalanta. Sawmill tersebut memiliki IPK untuk sekitar 2000 kubik, sedangkan asal usul kayunya sendiri masih dalam pemeriksaan.

“Itu hasil turun ke lapangan sementara ini. Pemeriksaan saksi dan penelusuran asal usul kayu masih terus dilakukan, termasuk perizinannya” jelas Kapolres. Kapolres menambahkan, mengungkap kasus tersebut cukup mudah. Ia juga menegaskan jika dalam pengembangan terbukti ada perbuatan melawan hukum dilakukan oleh PT Dalanta, Sawmill milik H Ramlan dan siapapun akan diprosesnya. “Laporan illegal logging di kebun H Oyon tidak terbukti, perizinan HGU-nya sudah lengkap dan kayunya tidak dibawa ke luar tapi dibiarkan saja di lokasi,” pungkasnya.

Sementara itu, turunya tim Mabes Polri terkait laporan ilegalloging di PT Dalanta, menghebohkan seantero Aceh Singkil. Maklum pemiliknya merupakan Wakil Ketua DPRK Aceh Singkil, yang santer disebut-sebut akan maju dalam Pilkada mendatang.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

DPRK Aceh Singkil Didemo

Mon, Apr 4th 2011, 18:01

SINGKIL - Puluhan warga Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Pembebasan (Korban), Senin (4/4/2011), berunjuk rasa ke kantor DPRK setempat, di Kampung Baru, Singkil Utara.
Menuntut DPRK, merivisi Qanun Nomor 16 Tahun 2010 tentang tarif air dan biaya sambungan PDAM Tirta Singkil, karena dinilai memberatkan rakyat.
Pengunjuk rasa juga, menuntut PDAM Tirta Singkil diaudit, karena selalu merugi dan tidak memberikan PAD. Kemudian, biaya pemeliharaan motor dan retribusi jangan dimasukan ke rekening, serta mengganti manajemen PDAM lantaran selama ini pelayananya tidak maksimal. "Revisi qanun PDAM, karena telah membunuh rakyat," teriak Mukaribin, orator pengunjuk rasa.(dede rosadi)

Sumber : http://aceh.tribunnews.com/news/view/53148/dprk-aceh-singkil-didemo

Minggu, 05 Juni 2011

Banjir di Singkil Surut

Sat, Apr 2nd 2011, 15:55

SINGKIL - Banjir yang melanda puluhan desa di Kecamatan Suro, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Singkil Utara dan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Sabtu (2/4/2011) mulai surut. Kecuali di Kecamatan Singkil, genangan air masih terdapat di sujumlah titik, namun tidak mengganggu aktivitas warga.
Sejumlah warga, khususnya kaum perempun sejak pagi membersihkan rumah dan mencuci perabotan yang dalam tiga hari belakangan terendam banjir. Volume air sungai besar yang bermuara ke laut Singkil, yaitu Sungai Lae Cinendang dan Soraya jauh berkurang.
Hujan yang menjadi penyebab utama banjir sejak pagi kemarin tidak lagi turun, hanya sesekali turun itupun dalam intensitas kecil."Banjir sudah surut walaupun terasa sangat pelan. Tapi tetap harus siaga karena dua hari nanti masuk musim pasang gembung, biasanya menimbulkan banjir juga," kata Iwan (24) warga Desa Pasar, Singkil, kepada Serambinews.com.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 27 Mei 2011

Banjir Singkil Diperparah Air Pasang

Thu, Mar 31st 2011, 20:35
Banjir Singkil Diperparah Air Pasang

SINGKIL - Banjir yang melanda Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, diperparah air pasang pada malam hari. Sementara untuk daerah lainnya ketinggian air mulai surut, setelah hujan tidak lagi turun sejak, Kamis (31/3/2011) siang.
Khusus untuk Kecamatan Singkil, banjir malam ini semakin tinggi lantaran tumpahan air dari sejumlah sungai yang bermuara ke daerah ini mulai datang. Selain itu, banjir rob yang disebabkan masuknya akhir bulan purnama menambah ketinggian rendaman.
"Hampir semua pada malam sejak lewat magrib tadi terendam karena pengaruh pasang. Di Desa Pasar Singkil, sudah sampai selututn sedangkan desa di pinggir sungai mencapai sedada," kata Azwar warga Singkil kepada Serambinews.com.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 26 Mei 2011

Sejumlah Pejabat Aceh Singkil Dilantik

Thu, Mar 31st 2011, 09:13

SINGKIL - Bupati Aceh Singkil H Makmursyah Putra, Rabu (30/3) melantik dan mengukuhkan sejumlah pejabat eselon II, III, dan IV di jajaranya. Kepala para pejabat yang dilantik diharapkan agar melaksanakan tugas yang diamanahkan, sesuai isi sumpah jabatan. Tidak menerima imbalan dan loyal pada atasan, agar selamat dunia akhirat.

Menurut Makmur mutasi merupakan hal biasa, untuk penyegaran dan menambah wawasan. Namun yang terpenting amanah jabatan yang diberikan dilaksanakan dengan baik sebagaimana isi dari sumpah jabatan. “Amalkan sumpah jabatan, biar selamat dunia akhirat,” kata Makmur.

Kemudian jaga selalu loyalitas kepada pimpinan. Hal itu penting, agar semua program pembangunan berjalan baik. Pejabat yang dimutasi dan dikukuhkan antara lain, Henri Silalahi, Kepala Penanggulangan Bencana Daerah, Ridwan menjadi Kadis Pendidikan, H Superdi dari Plt menjadi Pj Sekwan, Sulaiman menjadi Pj Kadis PU. Kemudian Junaidi Kabag Pemerintahan menjadi Kabag Perundang-undangan Sekwan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Banjir di Singkil Meluas

Wed, Mar 30th 2011, 18:31

SINGKIL - Banjir yang melanda Aceh Singkil, Rabu (30/3/2011) petang, meluas. Hampir semua wilayah langganan banjir, seperti Kecamatan Suro, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Singkil Utara, dan Singkil yang desanya dilewati sungai, tergenang banjir.
Hal itu dipicu datangnya banjir kiriman dari sungai di Subulussalam, Aceh Tenggara, dan Pakpak Barat yang bermuara ke laut Singkil. Bahkan perkantoran pemerintah, BPMD dan Inspektorat di Pulau Sarok turut tergenang hingga ke lantai. "Untuk dua kantor tersebut akibat salauran drainase tidak berfungsi," kata Suhardi pegawai Inspektorat.
Sementara kondisi cuaca mendung setelah sepanjang Rabu terus diguyur hujan.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Banjir Rendam Aceh Singkil

Wed, Mar 30th 2011, 13:57


TERENDAM - Banjir merendam rumah warga, Solok, Kecamatan Gunung Meriah, Singkil., menyusul hujan deras dengan ketinggian sepinggang orang dewasa. Banjir juga merendam sejumlah wilayah lainnya di Aceh Singkil, sejak Rabu (30/3) dini hari.Serambinews.com/dede rosadi

SINGKIL - Ratusan rumah warga wilayah di Kabupaten Aceh Singkil, sejak Rabu (30/3) dini hari direndam banjir. Curah hujan yang tinggi dalamtiga hari ini menyebabkan air sungai Singkil, melupas.

Pantauan Serambinews.com, Rabu, kawasan terparah yang terendamair antara lain Handel dan Solok Kecamatan Gunung Meriah, Rantau Gedang, dan Teluk Rumbia. Air sudah mencapai sepinggang orang dewasa. Bahkan luapan air sudah memasuki pemukiman dan rumah-rumah penduduk, sehingga sejak semalam warga ada yang sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. (dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 19 Mei 2011

Hujan Mengguyur, Gunung Meriah Tergenang

Tue, Mar 29th 2011, 15:24

SINGKIL - Hujan yang terus mengguyur wilayah Aceh Singkil, tiga hari ini, Selasa (29/3), menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang sudah satu kaki.

Pengamatan Serambinews.com, volume air sungai besar, Lae Cinendang dan Singkil yang terus meningkat telah merambat dan merendam beberapa badan jalan. Antara lain di kawasan Gunung Meriah, Simpang Kanan dan Suro, di beberapa titik pemukiman warga.

Bahkan jalan dua jalur ibukota Aceh Singkil di Pulau Sarok tergenang hingga setumit orang dewasa, akibat saluran drainase di kawasan itu tidak berfungsi. Bahkan beberapa bagian badan jalan sudah mulai berkubangan.

Air juga telah menggenangi beberapa kawasan pemukiman penduduk yang rendah, seperti Desa Pasar, dan Siti Ambia yang sudah naik ke pekarangan rumah warga. Hingga lewat tengah hari hujan dengan intensitas sedang masih terus turun.(dede rosadi)

sumber : Serambinews.com

Jalan Singkil-Sibolga Terancam Longsor

Tue, Mar 29th 2011, 08:50


SINGKIL - Jalan Singkil Aceh-Sibolga, Sumatera Utara terancom longsor di sejumlah titik. Kondisi terparah terdapat di kawasan Biskang, Kecamatan Danau Paris, Aceh Singgkil. Jalan ini baru selesai dibangun sekitar dua tahun lalu.

Tiga titik longsor terjadi karena amblasnya gorong-gorong dan talut jalan. Salah penyebab adalah banyak alih fungsi hutan ke perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan dan masyarakat. Dengan kondisi tanah yang labil, tanpa adanya akar pohon sebagai pengikat mengakibatkan hampir setiap musim hujan selalu menimbulkan longsor, kata seorang warga Danau Paris, M Barat (38), Senin (28/3).(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

Harga Sawit Turun

Sat, Mar 26th 2011, 13:00

SINGKIL - Harga kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil seminggu ini mengalami penurunan. Di tingkat petani dari sebelumnya Rp 1.600 per kilogram TBS (tandan buah segar) turun menjadi Rp 1.200. Sedangkan di pabrik kelapa turun Rp 300 per kilogram, dari Rp 1.710 menjadi Rp 1.480 untuk kualitas standar dan Rp 1.645 untuk kualitas bagus. “Harga Rp 1.200 per kilogram masih dianggap wajar karena bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Namun bila kurang dari itu akan menyulitkan petani, sebab tidak sebanding lagi dengan biaya perawatan,” kata petani kelapa sawit di Kecamatan Suro, Arlian Manik, kepada Serambi, Jumat (25/3).

Risak Berutu, petani sawit di Simpang Kanan menambahkan, harga sawit yang ideal itu berada dikisaran Rp 1.500 per kilogram. Bila harga tersebut bisa bertahan, dia yakin petani kelapa sawit bisa sejahtera. “Kalau harganya tidak kurang dari Rp 1.500 kita bisa membeli kebutuhan lain selain makan dan biaya sekolah anak-anak,” ujarnya. Masalahnya selama ini, sambungnya, masyarakat yang memiliki kebun kelapa sawit rata-rata memiliki utang kepada pengumpul. Bila harga sawit turun maka, setiap kali panen hanya cukup untuk mengangsur utang. Sedangkan untuk menutupi kebutuhan lain, terpaksa mengambil dari pinjaman lagi.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Singkil, H Syafril Harahap, sebelumnya mengatakan,utnuk menjaga harga sawit di daerah ini tetap tinggi di tingkat petani, pemerintah harus segera mendirikan PKS yang akan menampung sawit masyarakat dan membangun pelabuhan CPO. “Karena kalau terus menjual ke pabrik perusahan, harganya tidak bisa bersaing dengan daerah lain. Karena pabrik akan mengutamakan sawit dari kebun sendiri dari pada masyarakat,” katanya.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 04 Mei 2011

Warga Desak Penerbangan ke Singkil Segera Dimulai

Tue, Mar 22nd 2011, 15:31

SINGKIL - Warga mendesak penerbangan pesawat perintis NBA yang melayani Singkil, Medan, Banda Aceh dan sebaliknya untuk tahun 2011, segera dimulai. Lantaran, menggunakan jalur darat tidak efektif bahkan acap keperluan usaha yang seharusnya terkejar hari itu menjadi molor, akibat waktu habis diperjalanan.
Irwan (40), seorang pengusaha yang setiap minggu harus mengurus bisnisnya di Medan, kepada Serambinew.com, Selasa (22/3/2011), mengatakan, akibat belum dimulainya penerbangan, dirinya acap kehilangan banyak waktu.
Seharusnya urusan bisnisnya bisa selesai hari itu juga, menjadi tidak terkejar, karena menggunakan jalur darat yang menghabiskan waktu tempuh hingga tujuh jam perjalan.
Kepala Bidang Perhubungan Udara Edi Hartono mengatakan, penerbangan baru akan dimulai akhir Maret ini. Terlambatnya dimulainya penerbangan ke daerah ini, karena masih ada persyaratan administrasi yang belum lengkap.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Gelombang Pasang Landa Laut Singkil

Tue, Mar 22nd 2011, 08:49

SINGKIL - Selama pekan ketiga Marat ini, gelombang pasang atau dalam bahasa setempat disebut geloro melanda wilayah perairan Aceh Singkil. Di beberapa lokasi air laut juga naik ke darat, pengaruh pasang purnama. Akibatnya nelayan tidak bisa melaut, lantaran perahu mereka tidak sanggup menahan ombak di atas satu meter.

Irwan nelayan Pulau Banyak, pada Serambi, Senin (21/3) menyebutkan, aktivitas melaut dalam beberapa hari ini tidak bisa dilakukan karena besarnya ombak. Nelayan lebih memilih tinggal di rumah. “Laut lagi musim geloro sehingga, tidak bisa mencari ikan. Air pasang sudah naik, tapi belum terlalu besar, mungkin dalam dua tiga hari ke depan akan besar,” kata Irwan.

Kecuali itu, besarnya ombak sejauh ini, tidak mengganggu rute pelayaran yang dilayani angkutan sungai danau dan penyebrangan (ASDP) Cabang Sinabang, yang berkantor di Pelabuhan Ferry Singkil. Damin Moningka Plh Manejer ASDP Cabang Sinabang mengatakan, ombak masih diambang normal, sehingga tidak berpengaruh pada operasional kapal. Jadwal pelayaran yang dilayani pihaknya juga tidak ada yang terlambat. “Berdasarkan informasi dari BMKG ombak masih diambang normal, tidak terpengaruh pada operasional kapal,” kata Damin.

Damin menyebutkan, ombak besar terjadi di perairan Pantai Timur. Sementara perairan Pantai Barat yang dilayani ASDP Cabang Sinabang normal paling tinggi satu meter dan itu tidak mengganggu pelayaran ferry. ASDP Cabang Sinabang melayani pelayaran pulang pergi (PP), Sinbang-Singkil, Singkil-Pulau Banyak, Singkil-Gunung Sitoli dan Sinabang-Labuhan Haji.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Sebagian Wilayah Singkil Tergenang

Mon, Mar 21st 2011, 17:10


WARGA Lae Ijuk, Gunung Lagan, Aceh Singkil, menggotong sepeda motor sambil melewati genangan air yang merendam wilayah tersebut, Senin (21/3/2011) petang.SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI

SINGKIL - Sebagian wilayah Kabupaten Aceh Singkil, Senin (21/3/2011) petang, digenangi air akibat laut pasang dan hujan deras yang mengguyur daerah itu. Genangan air sekitar setumit orang dewasa, namun belum menyentuh lantai rumah warga yang rata-rata dibuat lebih tinggi dari pekarangan.
Genangan air pasang terlihat di Ujung Bawang, Singkil Utara dan beberapa desa di Kecamatan Singkil. Sedangkan genangan air akibat hujan terpantau di sekitar sungai Lae Ijuk, Gunung Lagan, Gunung Meriah.
Di Lae Ijuk, air sungai yang meluap merendam tanaman sawit milik warga dan perusahan PT PLB. Air dari luapan sungai juga menggenangi pekarangan rumah warga setempat. "Kami terpaksa mengangkat sepeda motor melewati banjir, ketika berangkat ke luar rumah," kata Ardian warga Gunung Lagan.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

400 Hektare Lahan Gambut di Singkil Dijadikan Sawah

Sun, Mar 20th 2011, 09:01
* Hasilkan 3 Ton Gabah Per Hektare

SINGKIL - Seluas 400 hektare lahan gambut yang sebelumnya telantar di Kabupaten Aceh Singkil, setelah diolah menjadi sawah sejak akhir 2010 lalu, mampu menghasilkan gabah kering sebanyak 3 ton per hektare. Produksi gabah tersebut dinilai cukup untuk dikonsumsi masyarakat, sehingga selama enam bulan ke depan tidak perlu lagi membeli beras, sebagaiman dilakukan selama ini.

Kepala Dinas Pertanian Aceh Singkil Asmauddin, Jumat (18/3) saat panen perdana di Desa Ujung Bawang, Singkil, mengatakan, pada tahun 2010 pihaknya telah melakukan optimasi lahan gambut telantar menjadi sawah seluas 400 hektare di lima kecamatan yang ada di daerah ini, yaitu Simpang Kanan, Gunung Meriah, Kuala Baru, Singkil, dan Pulau Banyak.

Setelah dilakukan perhitungan hasil panen, rata-rata per hektare menghasilkan 3 ton gabah kering. Dan itu akan ditingkatkan lagi di tahun ini. “Dalam panen perdana ini, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, padi yang dihasilkan bisa mencukupi kebutuhan beras masyarakat selama enam bulan,” katanya.

Sementara itu Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra menyebutkan, berdasarkan laporan yang diterimanya, masih banyak kendala dalam mengembangkan sektor pertanian, terutama merubah pola pikir masyarakat. Di beberapa desa, kendati sudah dibantu, tetap saja ada masyarakat yang menolak bersawah. Karenanya diperlukan kerja sama dari semua pihak, agar lahan yang selama ini telantar dapat dihijaukan menjadi sawah, dan lahan pertanian lainnya.

Bupati memerintahkan semua jajarannya dengan bantuan intansi vertikal, TNI dan Polri bahu-membahu turun ke sawah melalui program gotong royong.

“Setelah lima kali mengganti Kepala Dinas Pertanian, Alhamdulilah pada zaman Pak Asmauddin ini, pertanian khususnya sawah membuahkan hasil. Namun masih banyak kendala dalam merubah pola pikir masyarakat, untuk itu saya berharap semua intansi dan bantuan TNI serta Polri kita bersama-sama memanfaatkan lahan yang cukup luas ini menjadi hijau dengan pertanian,” kata Makmur.

Pada panen perdana di sawah seluas sekitar 30 hektare itu, dihadiri Kapolres Aceh Singkil AKBP Helmi Kwarta, Pjs Dandim 0109/Singkil Letkol Zamroni, Camat Singkil, Kharuddin, anggota DPRK dan unsur muspida lainnya. Turut diserahkan bantuan mesin perontok padi, lap top dan GPS.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Menteri Kehutanan Sudah Keluarkan Izin, Pemprov Diminta Prioritaskan Jalan Kuala Baru-Bulu Sema

Sat, Mar 19th 2011, 09:46

SINGKIL - Pembangunan jalan yang menghubungkan Kuala Baru, di Aceh Singkil dengan Bulu Sema, di Aceh Selatan, disetujui oleh Menteri Kehutanan RI. Sehingga pembangunan jalan yang sudah ada sejak zaman Belanda itu, harus menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Aceh, demi terbukanya keterisoliran Singkil dengan daerah Aceh lainnya. Hal itu disampaikan Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra, Kamis (18/3) saat pembukaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) 2011 yang dihadiri Kepala Bappeda Aceh Iskandar, Kepala Bappeda Aceh Singkil Asmardin, unsur muspida dan undangan dari daerah tetangga, di Gedung Serba Guna, Singkil.

“Tolong Pak Kepala Bappeda Provinsi, disampaikan ke Pak Gubernur agar pembangunan jalan Kuala Baru-Bulu Sema jadi prioritas, karena izinnya (dari Menteri Kehutanan, -red) sudah keluar,” kata Makmur. Menurut Makmur, berdasarkan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2008-2012, pembangunan di daerah yang dipimpinya sudah tuntas 65 persen. Hal itu akan semakin terasa meningkat denyut ekonomi masyarakat bila jalan yang dinilai sebagian pihak masuk dalam kawasan ekositem selesai. “Jalan vital dalam kecamatan bahkan sudah 90 persen. Ini akan makin terasa perekonomian masyarakat meningkat bila jalan Kuala baru-Bulu Sema yang merupakan janji saya dan Pak Gubernur tuntas sebelum masa jabatan kami berkahir,” kata Makmur.

Sinergis
Sebelumnya Kepala Bappeda Aceh Iskandar, menyatakan pembangunan di Aceh Singkil sudah berjalan sesuai program. Ia menegaskan rencana pembangunan yang disusun dalam Musrembang 2011 harus berkesinambungan dengan program sebelumnya. “Pembangunan akan terlaksana bila programnnya baik. Untuk itu program yang dibuat harus seniregis,” ujarnya. Dalam sambutannya Iskandar menyinggung secara khusus menganai dana otonomi khusus (Otsus). Menurutnya pembangunan dengan sumber dana Otsus direncanakan untuk program yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi rakyat.

“Otsus manfaatkan sebaik mungkin dalam pembangunan karena tidak selamanya Aceh mendapatkan. sisa dana otsus yang sudah dialokasikan ke kabupaten sejak 2008. Ketika penyerapan anggaran tidak habis, maka dana tersebut menjadi dana APBA kembali, sama seperti APBN, sesuai dengan ketentuan hukum berlaku,” kata Iskandar. Disebutkan pembanguan sarana dan prasaran, ekonomi, pendidikan serta kesehatan masih menjadi prioritas. Seperti membangun infrastruktur jalan penghubungkan antar wilayah Aceh, pabrik berskala besar, dan pertanian dalam artian menyeluruh menjadi pilihan. Melalui pembangunan itu, ketika Otsus berakhir 2028 mendatang masyarakat Aceh telah siap hidup mandiri.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 20 April 2011

Ratusan Massa Demo ke Kantor Bupati Singkil

Terakait Sengketa Lahan
Sat, Mar 12th 2011, 10:05

SINGKIL - Ratusan warga dari Kecamatan Singkohor dan Suro, yang bersengketa lahan dengan perusahan perkebunan kelapa sawit PT Runding Putra Persada (RPP), Jumat (11/3) siang, melakukan aksi unjuk rasa ke Kantor Bupati Aceh Singkil. Dengan mengenakan pita merah, pengunjuk rasa datang menggunakan berbagai jenis kendaraan, sambil membawa poster berisi tuntutan dan puluhan pohon sawit.

Mereka menuntut Badan Pertanahan Nasional (BPN) Aceh Singkil, mensertifikatkan tanah masyarakat yang telah diukur ulang dan dikeluarkan dari calon HGU PT RPP, seluas 800 hektar (Ha) lebih. Serta melakukan hal yang sama pada lahan trasmigrasi seluas 150 Ha, yang sebelumnya sempat masuk dalam areal PT RPP, namun pasaka ukur ulang dikembalikan kapada masyarakat. “Lahan masyarkat yang telah dikeluarkan tolong segera disertifikasi, agar tidak terus diganggu perusahan,” teriak Mukaribin koordinator unjuk rasa.

Warga mendesak Pemkab dan aparat terkait menyelesaikan proses pematokan tapal batas antara lahan masyarakat dengan pihak perkebunan. Sebab, bila dilakukan oleh masyarakat sendiri sering berbenturan dengan perusahan. Mendapat keluhan itu, Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra yang di dampingi Kapolres AKBP Helmi Kwarta, Kepala BPN Aceh Singkil Syahrizal, meminta masyarkat jangan takut untuk memasang patok batas lahan masing-masing. “Patok saja tidak usah takut, kalau ada yang mengintimidasi laporkan kepada bapak kapolres, beliau ada di pihak masyarakat,” kata Makmur yang langsung turun ke tengah-tengah pengunjuk rasa.

Setelah berorasi di halaman kantor bupati, selanjutnya beberapa perwakilan pengunjuk rasa melakukan pertemuan di Opration Room Sekdakab setempat. Dalam pertemuan itu, disepakati masyarakat dipersilahkan menguasai lahan yang jadi hak mereka, tanpa harus takut pada perusahan. Lengkapi persyaratan, selanjutnya ajukan ke BPN untuk disertifikatkan. Sementara untuk pensertifikatan lahan transmigrasi masyarakat diminta bersabar, karena harus menunggu rekomendasi dari intasni terkait di tingkat provinsi.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 18 April 2011

Harimau Teror Warga Singkohor

* Empat Lembu Dimangsa
Mon, Mar 7th 2011, 17:12

SINGKIL - Warga Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil diteror harimau. Kejadian yang sudah berlangsung selama sebulan ini, telah memangsa empat ekor lembu dan lima ekor kambing milik warga setempat. Salah satu dari empat ekor sapi sempat dibantu masyarakat saat sedang diserang harimau, namun kerbau itu dapat disembelih. Namun begitu disembelih tiba-tiba si raja hutan muncul mengambil bagian kepala, hingga membuat warga lari terbirit-birit.

Kejadian terbaru terjadi empat malam lalu, ketika tiga ekor raja hutan menyerbu kandang kambing milik Ponidi (30) warga Mukti Jaya. Beruntung sang pemilik cepat keluar begitu mendengar kegaduhan di sekitar kandang peliharaanya. “Nyaris saja kambing saya menjadi korban. Harimau tidak jadi memangsa mungkin karena ada bunyi keras dari atap kandang yang dibuka. Begitu saya senter, harimaunya balik menyenterkan matanya ke arah saya,” kata Ponidi, Senin (7/3).

Sidarman (26) warga Pea Jambu merincikan, harimau yang telah memangsa tiga ekor kambing di kampungnya, serta empat ekor sapi dan dua kambing milik penduduk Desa Singkohor. Terdiri dari satu ekor induk betina dan dua ekor anak. “Kejadianya berturut-turut hingga tiga malam. Harimau yang ikut membawa dua anaknya itu sangat ganas dan terus mencari mangsa di pemukiman penduduk,” katanya.

Sudah menjauh
Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Aceh Singkil, Affan Absori, yang dikonfirmasi secara terpisah mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi. Dari hasil pantauan di lapangan harimau tersebut sudah menjauh, namun ada kemungkinan kembali lagi karena wilayah tersebut masuk dalam areal jelajah binatang pemakan daging tersebut.

Affan menjelaskan, penyebab masuknya harimau ke perkampungan karena siklus makanannya terpotong, dengan maraknya aksi pemburuan rusa di daerah itu. Penyebab lain, makin menipisnya hutan, akibat terus beralih fungsi menjadi perkebunan. “Tolong pemburuan rusa dan pembukaan hutan dikurangi, agar harimau tidak menyerang ternak. Kita tidak bisa menangkap harimau, paling hanya mengusirnya. Ditangkappun mau ditaruh dimana, hutan itu kan habitat mereka,” ujar Affan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 14 April 2011

Pembangun Pelabuhan CPO tak Serius

Sun, Mar 6th 2011, 08:16

SINGKIL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, dinilai tidak serius membangun pelabuhan CPO (Crude Palm Oil) di kabupaten itu, yang sebelumnya digembar-gemborkan akan dibangun tahun ini. Bahkan, hingga kini belum ada tanda-tanda dan upaya untuk pembangunan pelabuhan tersebut.

Ketua Komisi D, DPRK Aceh Singkil, H Syafril Harahap, pada Serambi, Kamis (3/3) mengatakan, ketidak seriusan eksekutif dapat dilihat mulai dari Dinas Perhubungan, yang tak menganggarkan pembangunan jalan menuju pelabuhan. Kemudian pengadaan tanah untuk lokasi pelabuhan juga tidak dilakukan.

Menurut Syafril, pembangunan pelabuhan CPO akan memberikan multiefek ekonomi kepada rakyat. Antara lain, harga sawit masyarakat akan meningkat dengan terpotongnya ongkos angkutan yang dikeluarkan perusahan, dan menghidupkan pengusaha angkutan kecil jarak dekat, termasuk terbukanya lapangan usaha baru bagi masyarakat, pedagang kecil dan kuli pelabuhan.

Sebelumnya, pada Musrembang 2010, Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra mengatakan, pelabuhan CPO masuk dalam salah satu dari empat prioritas pembangunan tahun 2011, dalam upaya penguatan ekonomi masyarakat dan investasi berbasis unggulan. Kala itu, Bupati menyebutkan, pembangunan pelabahun CPO, bukan barang baru, sebelumnya perusahan perkebunan kelapa sawit PT Socfindo dan PT Perkebunan Lembah Bakti telah memiliki. Namun, akibat musibah gempa dan kondisi keamanan di laut, maka semua fasilitas hancur.

Selama ini ada 10 perusahan perkebunan kelapa sawit besar, yang selama ini menjual CPO ke Medan, melalui jalur darat dengan biaya perjalanan cukup tinggi. Dengan adanya pelabuhan CPO maka, secara otomatis perusahaan akan kembali mengangkut lewat jalur laut, dengan biaya lebih murah.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 13 April 2011

Harga Sawit Naik

Thu, Mar 3rd 2011, 17:02

SINGKIL - Harga tandan buah sawit (TBS) di Aceh Singkil menembus rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya harga di tingkat petani Rp 1.300 per kilo, kini mencapai Rp 1.500 sampai dengan Rp 1.600 per kilo. Harga tersebut menembus rekor tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 2008 lalu senilai Rp 1.500 per kilo.
Tingginya harga sawit disambut baik para petani di sana, kendati produksi TBS, rata-rata mengalami penurunan. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Singkil, H Syafril Harahap, Kamis (3/3/2011), mengatakan, harga sawit di daerah ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Riau. Hal itu disebabkan tingginya biaya angkut CPO ke Medan. Ia berpesan petani menjaga kwalitas produksi TBS agar nilai jualnya tetap tinggi. "Pabrik akan membeli sawit harga mahal berdasarkan kadar minyak yang dihasilkan bukan berat timbangan," kata Syafril.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 11 April 2011

Perselisihan Warga dengan PT PLB Diselesaikan Secara Adat

Wed, Mar 2nd 2011, 08:21

SINGKIL - Warga Kampung Baru, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, sepakat menyelesaikan perselihan dengan PT Perkebunan Lembah Bakti (PLB) secara adat. Perdamaian dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani kedua belah pihak, di Mapolsek Singkil Utara, Senin (28/2) petang, disaksikan unsur Muspika setempat.

Isi perdamaian tersebut, kedua belah pihak yang berselisih sepakat saling memaafkan. Kemudian perusahan memberikan uang Rp 2,1 juta sebagai penembus perselisihan kampung dan memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid setempat. Selanjutnya, bila masyarakat melakukan lagi pencurian kelapa sawit perusahaan, akan diperoses melalui jalur hukum.

Proses perdamaian yang ditengahi Camat Singkil Utara, Deni Oskandar, Kapolsek Ipda Muhammad Ismail, sempat berjalan alot dalam tawar menawar nilai pengganti adat, serta kasus pemukulan yang tak masuk dalam perdamaian. Namun, setelah dilakukan pendekatan dari hati ke hati dengan memindahkan ruang pertemuan Mapolsek ke ruang Kapolsek, dicapailah kesepakatan damai.

Sebagaimana diketahui puluhan warga Kampung Baru, Minggu (27/2) mendatangi PT PLB. Hal itu dipicu ulah oknum centeng perusahan yang dituding menelanjangi tiga bocah warga setempat, sehari sebelumnya yang tertangkap mengambil buah sawit. Hingga berbuntut aksi balasan berupa pemukulan terhadap oknum centeng oleh masyarakat.

Sementara itu, Humas PT PLB Dede Syahputra, secara terpisah membantah terjadi penelanjangan yang dilakukan oknum centeng terhadap bocah yang mencuri sawit. Menurut Dede, kejadian sebenarnya, dari enam anak-anak yang kedapatan mengambil sawit dalam melakukan aksinya sebagian sudah tidak mengenakan pakian. “Jadi tidak ada aksi penelanjangan yang kesannya sangat tidak baik. Yang ada hanya menyuruh buka baju saja. Namun intinya kita sepakat menyelesaikan masalah ini dengan berdamai,” katanya.

Di bagian lain, Dede juga mengeluhkan tingginya pencurian sawit yang dilakukan oknum tertentu. Ia menguraikan pencurian hingga berujung pada perbuatan tercela serta aksi balasan pemukulan, merupakan akumulasi kekesalan para penjaga perkebunan lantaran aksi pencurian tidak juga berhenti kendati sudah berkali-kali diperingatkan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 08 April 2011

Warga Kampung Baru Datangi PT PLB

Mon, Feb 28th 2011, 08:28

SINGKIL - Puluhan warga Kampung Baru, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, Minggu (27/2) mendatangi PT Perkebunan Lembah Bakti (PLB) yang tidak jauh dari kampung mereka. Hal itu dipicu ulah oknum centeng perusahan yang menelanjangi tiga bocah warga setempat, Sabtu sore sehari sebelumnya yang tertangkap sedang mengambil berondolan sawit.

Warga dengan pengawalan aparat kepolisian bergerombol di pintu masuk PT PLB. Mereka datang menuntut pihak perusahan bertanggung jawab atas kasus penelanjangan tiga bocah oleh centeng kebun tersebut. Sebelumnya dilaporkan warga sempat menghakimi pelaku. Ketiga anak yang ditelanjangi tersebut antara lain, Amal (13), Firman (16) dan Eman (14).

Pada awalnya warga sempat beringas ingin merubuhkan pos penjagaan perusahan, lantaran pihak PT PLB yang sebelumnya mengajak bertemu tidak juga datang. Beruntung niat itu dapat dilerai oleh Keuchik Kampung Baru, Irwansyah. Dan tidak lama kemudian datang aparat kepolisian menenangkan massa. Semuanya ada enam anak yang ditangkap karena diduga mencuri sawit. Namun tiga anak lainnya yakni, Rahman (12), Anhar (12) dan Eko (12), menolak ditelanjangi, sehingga mendapat hukuman baris berbaris dari sang centeng.

Rahman (13) salah seorang anak yang tertangkap centeng PT PLB dihadapan masyarkat dan aparat kepolisian mengatakan, mereka dipaksa membuka pakaian namun ia dan dua kawanya menolak. Sementara temannya yang lain Amal, Firman dan Eman menurut perintah sang centeng. Menjelang malam, warga yang tak terima perlakuan centeng langsung mendatangi pelaku dan sempat terjadi pemukulan, walau akhirnya berhasil dilerai. “Kami diajak ketemu perusahan untuk menyelesaikan masalah, tapi ditunggu tak juga datang maka masyarakat marah,” kata Irwansyah.

Kemarahan warga mereda setelah Kasat Reskrim Polres Aceh Singkil, Iptu Benny Cahyady, bersama Kapolsek Singkil Utara Ipda M Ismail dan KBO Reskrim Ipda Kristanto Situmeang serta sejumlah aparat lainya memfasilitasi pertemuan masyarakat dengan perusahan yang diwakili D Syaputra Humas PT LPB. Dalam pertemuan itu disepakati penyelesaian itu, secara damai Senin (28/2) hari ini di Mapolsek Singkil Utara.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 07 April 2011

Pemkab Aceh Singkil Data Areal Sawah Produktif

Sat, Feb 26th 2011, 10:07

SINGKIL - Pemkab Aceh Singkil kini sedang mendata areal sawah produktif. Untuk menjaga agar areal itu tak dialihfungsikan, maka dalam waktu dekat ini akan mengajukan rancangan qanun (Raqan) perlindungan lahan pangan berkelanjutan ke DPRK setempat. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Aceh Singkil, H Asmauddin, pada Serambi Jumat (25/2) mengatakan, pembuatan qanun perlindungan lahan berkelanjutan, sangat dibutuhkan. Agar lahan pertanian yang sudah ada dapat dipertahankan, serta mencegah terjadinya alih funngsi. “Mulai minggu depan kita akan turun untuk mendata luas sawah berkelanjutan yang akan dilindungi,” katanya.

Disebutkan, perlindungan lahan pertanian berkelanjutan sudah diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor 41 Tahun 2009 yang berlaku secara nasional. Namun untuk lebih menguatkan diperlukan qanun agar penerapannya lebih epektif. “Dalam salah satu poinnya memuat sanksi berat, bagi siapa saja yang melakukan alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan seluas 1 hektar (Ha), harus diganti 5 Ha,” kata Asmauddin.

Sebagaimana diketahui, alih fungsi lahan pertanian di Aceh Singkil, terutama dari sawah ke kebun kelapa sawit dalam beberapa tahun kebelakang marak terjadi, menyusul menjadi primadonanya tanaman tersebut. Asmauddin mengklaim, selama menjabat sebagai Kadistan sekitar setahun ini, alih fungsi lahan pertanian menurun derastis, berkat upayanya turun ke lapangan memberikan pengertian kepada masyarakat. “Kendati demikian qanun sebagai pelindung lahan pertanian berkelanjutan harus dibuat, guna mengantisipasi bila ada yang tetap nekat melakukan alih fungsi,” pungkasnya.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Perusahan Perkebunan Didesak Lengkapi Dokumen Lingkungan

Thu, Feb 24th 2011, 08:56

SINGKIL - Perusahan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil, didesak segera melengkapi dokumen lingkungan. Amdal untuk perusahan dengan luas lahan 3.000 hektar (Ha) ke atas dan dokumen lingkungan UKL-UPL (upaya pengelolaan lingkungan-upaya pemantauan lingkungan) bagi perkebunan dibawah 3000 Ha dan masyarakat dengan luas lahan diatas 25 Ha.

Kepala Bapedalda Aceh Singkil, Syamsul Bahri, pada Serambi, Selasa (22/2) mengatakan, banyak perusahan perkebunan yang belum memiliki dokumen analisa dampak lingkungan (Amdal). Begitu halnya dengan perkebunan masyarakat rata-rata belum mengurus proses perijinan dokumen lingkungan UKL-UPL.

“Pada hal itu penting sebagai salah satu bukti keabsahan dan pemantauan,” kata Syamsul di dampingi Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, Masdiana.

Masdiana menyebutkan, perusahan dan masyarakat yang kebunya sudah jadi dibawah tahun 2008, harus menyusun dokumen evaluasi lingkungan hidup (DELH) untuk Amdal atau menyusun dokumen pemantauan lingkungan hidup bagi UKL-UPL, paling lambat 3 Oktober 2011. “Hal itu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2010 pasal 2 ayat 2. Bagi yang tidak memiliki dokumen lingkungan hingga batas yang ditentukan, jelas melanggar Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” ujar Masdiah.

Masdiana menyebutkan, pihaknya sudah berupaya mengirim surat pemberitahuan kepada perkebunan kelapa sawit agar segera mengurus dokumen lingkungan. Namun surat tersebut tidak bisa diantar lantaran tak jelas alamatnya. Begitu juga ketika diantar langsung tidak dapat ditemuai. Disebutkan beberapa perusahan perkebuna besar yang belum menindak lanjuti dokumen lingkungan hidup, pada hal sudah disurati antara lain; PT KKS, PT Cakra Multi Sawit Mandiri dan PT Lasima.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 06 April 2011

Aceh Singkil Krisis Air Bersih

Sun, Feb 20th 2011, 11:22

SINGKIL - Kemarau yang melanda Aceh Singkil hampir sebulan belakangan, menyebabkan sejumlah wilayah di daerah ini mengalami kerisis air bersih. Sumur sebagai sumber utama memenuhi kebutuhan air dilaporkan banyak yang keringan.

Sumur warga kekeringan antara lain terjadi di Desa Suka Damai dan Pemuka, Singkil Utara. Untuk memenuhi kebuhan air penduduk di dua desa itu terpaksa harus dipasok dengan mobil tangki PDAM Tirta Singkil. Wadah air seperti, jerigen, ember serta drum terlihat berderet di pinggir jalan untuk diisi mobil tangki.

Begitu halnya dengan warga Pancang Dua, terpaksa harus menggunakan air rawa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kekurangan air juga dirasakan penduduk Kecamatan Singkil, Gunung Meriah, Suro dan kecamatan lainnya. Warga Suro, memanfaatkan aliran sungai dalam memenuhi kebutuhan air. “Mandi dan masak terpaksa menggunakan air rawa yang ada di dekat rumah, karena sumur sudah kering,” kata Ruslan Ketua Pemuda Pancang Dua.

Penyebab lain terjadinya kerisis air dimusim kemarau, lantaran tidak semuai daerah di daerah ini, dilayani fasilitas air bersih PDAM Tirta Singkil. Perusahan tersebut baru memasok kebutuhan bagi sebagain warga Singkil, Simpang Kanan dan beberapa wilayah lainnya. “Ke Singkil Utara sudah ada jaringan PDAM, tolong segera difungsikan. Sayang BRR sudah membangun kok, tak dimanfaatkan,” ujar Ruslan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 30 Maret 2011

Marak Pembakaran Lahan di Aceh Singkil

Sat, Feb 19th 2011, 10:00

SINGKIL - Sejak seminggu terakhir, pembakaran lahan di sejumlah wilayah di Aceh Singkil, kembali marak. Pembakaran di beberapa lokasi berakibat patal karena terbakarnya kebun sawit dan tanaman produktif lainnya. Pantauan Serambi, Jumat (18/2) gumpalan asap yang ditimbulkan dari pembakaran lahan, terlihat di wilayah Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Gunung Meriah dan kecamatan lainnya. Di Pulau Sarok pembakaran lahan terjadi hanya beberapa ratus meter dari perkantoran pemerintah. Di lokasi ini gumpalan asap sudah mulai masuk hingga ke ruas jalan Singkil-Subulussalam, kendati belum mengganggu para pengemudi, namun areal yang dilalap si jago merah dipenuhi semak belukar mudah terbakar.

Sedangkan di Gunung Lagan, Gunung Meriah, kebakaran menghanguskan hektaran kebun sawit milik warga di sana. Bahkan titik api sempat mengancam pemukiman warga. Pembakaran lahan juga menghanguskan tanaman sawit milik warga Tran Nelayan dan perusahan perkebunan kelapa sawit di Danau Paris. Anggota DPRK Aceh Singkil, Tamirudin Lingga, menghimbau masyarakat agar jangan melakukan pembakaran lahan secara sembarangan karena dapat merusak lahan produktif. Hal yang sama disampaikan Budi Hendarwan Ketua Fraksi Golkar. Dia mendesak Pemkab setempat mengambil langkah pencegahan guna menghindari makin meluasnya aksi pembakaran lahan. “Kita imbau masyarakat jangan membuka lahan dengan dibakar, karena dapat merugikan orang,” kata Budi.

Sementara itu Kepala Bapedalda, Aceh Singkil, Syamsul Bahri, yang dikonfirmasi secara terpisah mengatakan, pihaknya telah memberikan pengertian kepada masyarakat yang ingin membuka lahan, agar tidak dilakukan dengan cara dibakar. Syamsul bahkan menyebutkan, perkebunan kelapa sawit miliknya termasuk yang menjadi korban terbakar. Ia pun menyatakan, sudah ada warga dan perusahan perkebunan yang melapor lahanya terbakar.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 28 Maret 2011

Distan Akan Kirim Pompa Air

Puluhan Hektare Sawah Kering
Thu, Feb 17th 2011, 08:58

SINGKIL - Dinas Pertanian akan mengirim mesin pompa air berkapasitas 25 hektar untuk memenuhi air puluhan hektar sawah yang kering di Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Aceh Singkil, H Asmauddin, melalui Kepala Bidang Produksi, Kuatno, pada Serambi, Rabu (16/2) mengatakan, pompa penyedot air untuk mengatasi kekeringan yang bersifat sementara, sudah ada tersedia. Tinggal prosedur administrasinya berupa permintaan dari masyarakat serta petugas penyuluh lapangan (PPL). “Kita akan kirim pompa air. Tolong kepada PPL dan petani agar melengkapi administrasinya berupa surat permintaan bantuan penggunaan pompa air,” kata Kuatno.

Sedangkan pengairan untuk jangka panjang, akan dibangun sebuah embung yang berfungsi sebagai irigasi. Pembangunanya akan dilaksanakan pada tahun ini dengan sumber dana otsus. Terkait permintaan agar pembukaan lahan telantar menjadi sawah di daerah itu masuk dalam program optimasi, Kuatno menyebutkan sebagian memang sudah masuk.

Sementara itu sejumlah kalangan mensinyalir puluhan hektar areal persawahan di Pulau Banyak Barat, terancam kekeringan, karena tidak cepat tanggapnya petugas PPL di daerah itu. Sehingga kejadian kekeringan baru diketahui Dinas Pertanian, setelah mencuat di media massa. Sebagaimana diberitakan Serambi sebelumnya, sekitar 60 hektar sawah di kecamatan yang baru dimekarkan tersebut terancam kekeringan. Hal itu disebabkan irigasi sebagai sumber pengairan belum ada, praktis sawah yang baru dibuka sebagai mata pencarian lain bagi ribuan nelayan di daerah itu, hanya mengandalkan tadah hujan.

Anhar Ketua Kelompok Tani Harapan Baru, Desa Asan Tola, Pulau Banyak Barat, mengatakan, hampir 95 persen warga yang tadinya nelayan beralih bersawah. Jika sawah tersebut tidak berhasil maka, semangat bertani masyarakat yang kini sedang membara dipastikan luntur. “Saya takut kalau sempat gagal, patani pada awal ini bisa memudar semangatnya,” kata Anhar.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Puluhan Hektare Sawah di Singkil Terancam Kering

Wed, Feb 16th 2011, 08:42

SINGKIL - Karena tak ada irigasi, sekitar 60 hektare areal sawah di Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil, terancam kekeringan. Sehingga sawah yang baru dibuka sebagai mata pencaharian lain bagi ribuan nelayan yang beralih usaha menjadi petani belum bisa diolah.

Anhar, Ketua Kelompok Tani Harapan Baru, Desa Asan Tola, Pulau Banyak Barat, pada Serambi, Selasa (15/2) mengatakan, hampir 95 persen warga yang sebelumnya nelayan beralih menjadi petani. Luas areal lahan terlantar yang telah dibuka dijadikan sawah sekitar 60 hektare. Namun, permasalahan yang dihadapi lantaran belum ada irigasi. “Selama ini hanya mengandalkan air hujan, giliran tidak turun maka sawah kering kerontang,” katanya.

Anggota DPRK Aceh Singkil, asal Pulau Banyak Barat, Tufik, sebelumnya menyatakan, padi yang baru ditanam warga sekitar sebulan lalu itu kini sedang menguning, sebagian mati. Bahkan beberapa areal persawahan retak-retak, akibat tak tersiram air. Disebutkan, semangat warga untuk bersawah sangat tinggi.

Taufik berharap, Dinas Pertanian Aceh Singkil dan instansi terkait lainnya dapat mengambil kebijakan agar sawah warga dapat diari. Kemudian beri dukungan kepada mayarakat dengan memasukan pembukaan sawah di Pulau Banyak Barat ke program optimasi lahan yang dibiayai dana Otsus.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Di Singkil, Kelapa Rp 4.000 Per Butir

Sat, Feb 12th 2011, 17:26

SINGKIL - Luar biasa kenaikan harga kelapa dalam seminggu ini di Aceh Singkil. Dari tadinya Rp 1.500, kini dijual antara Rp 3.000 sampai dengan Rp 4.000 per butir. Kondisi ini memberatkan masyarakat serta pedagang jajanan yang menggunakan kelapa sebagai salah satu bahan utama dalam membuat makanan.
Menurut informasi dari sejumlah warga, kenaikan terjadi karena tingginya permintaan kelapa dari Medan, Sumatera Utara. Petani kelapa lebih memilih menjual ke provinsi tetangga, ketimbang memenuhi permintaan lokal. "Kebutuhan kelapa di sini mengandalkan dari tanaman sendiri, bagi yang tidak punya terpaksa beli dengan harga mahal," kata Iyek pedagang makanan sarapan pagi di Gunung Meriah, pada Serambinews.com, Sabtu (12/2/2011).(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Longsor Makin Mengancam Desa Lae Gambir

Sat, Feb 12th 2011, 09:09

SINGKIL - Longsor yang mengancam Desa Lae Gambir, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, terus meluas. Belum ada upaya yang dilakukan pihak terkait, pada hal longsor sudah terjadi hampir setahun dan terus bertambah lebar ketika hujan turun. Luas longsor yang sebelumnya sekitar 100 meter dengan kedalaman 50 meter lebih, kini telah bertambah luas. Baru-baru ini tebing yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah penduduk desa terpencil itu, kembali longsor selebar lima meter. “Kami makin takut saja tinggal di sini, mau pindah tak punya biaya, longsorpun tak juga diperbaiki,” kata Yaho Manik (55) warga Lae Gambir, pada Serambi Jumat (11/2) yang rumahnya hanya berjarak 10 meter dari lokasi longsor.

Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, desa berpenduduk sekitar 150 jiwa itu, tepat berada di bibir jurang yang telah longsor sepanjang 100 meter lebih dengan kedalaman sekitar 50 meter. Tiga keluarga telah mengungsi sementara dua lagi masih tetap bertahan kendati longsor terus bertambah. Longsor juga mengancam jalan desa, dan melemparkan tanaman milik warga ke dasar jurang. Keluarga yang telah pindah karena terancam longsor masing-masing, keluarga Bagian Manik, Boma Manik dan Darwin Manik. Sedangkan dua keluarga lainnya yang masih bertahan sekitar 10 meter dari bibir jurang yaitu keluarga Jamal Bancin dan Yaho Manik. Warga berharap pemerintah segera mengambil langkah untuk menanggulangi longsor. Jangan sampai sempat memakan korban mengingat seteiap hujan turun longsor terus bertambah luas.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 22 Maret 2011

Banjir Rusak Ratusan Hektare Sawah

Tue, Feb 8th 2011, 18:00

SINGKIL - Sebanyak 615 hektare areal persawahan di Kabupaten Aceh Singkil, mengalami kerusakan akibat diterjang banjir, dua hari lalu.

Kepala Bagian Produksi Dinas Pertanian Aceh Singkil, Kuatno, kepada Serambinews.com, Selasa (8/2/2011), mengatakan, luas areal persawahan yang rusak akibat banjir sebanyak 615 hektare. Diantaranya 10 hektare di Kecamatan Singkil, Singkil Utara 25 Ha, Gunung Meriah 185 Ha, dan Suro 65 Ha. Kemudian di Kecamatan Simpang Kanan 220 Ha, Danau Paris 15 Ha, dan Kecamatan Singkohor 95 Ha.

Menurut Kuatno, untuk meringankan petani, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi agar memberikan bantuan bibit padi, sementara pengelohan lahan dilakukan sendiri oleh petani.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 21 Maret 2011

Banjir Singkil Surut

Sat, Feb 5th 2011, 21:29


ORANG warga, Sabtu (5/2/2011), melihat masjid At Taqwa, Solok, Aceh Singkil yang dua hari belakangan terendam banjir. Banjir mulai surut setelah hujan tak lagi mengguyur daerah ini. DEDE ROSADI/SERAMBINEWS.COM

SINGKIL - Banjir yang melanda sejumlah desa di Aceh Singkil, dalam dua hari ini, Sabtu (5/2/2011) sore, mulai surut. Setelah hujan tidak lagi turun. Namun volume air di sejumlah sungai yang meluap, masih tetap besar.

Sejumlah warga Handel dan Solok, Kecamatan Gunung Meriah dan Bulu Sema, Suro yang terkena banjir paling parah, sedang membersihkan rumah dan menata kembali barang-barang yang sebelumnya sempat dipindahkan ke tempat lebih tinggi. "Hujan yang menjadi penyebab utama banjir tidak turun, makanya air cepat surut," kata Lembong (45) warga Solok.

Dari pantau bekas banjir terlihat di dinding rumah dan masjid. Derasnya arus air juga nampak di perkebunan kelapa sawit dengan ratanya sejumlah tanaman. Sementara sawah di wilayah Sianjo-anjo dan Bulu Sema, peraktis hancur. Tanaman padi dalam berbagai umur di sawah tersebut nyaris rata dengan tanah.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Banjir Singkil Meluas

Sat, Feb 5th 2011, 11:41


Masjid Babul Jannah di Handel, Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil, Jumat (4/2) terendam banjir. SERAMBI/DEDE ROSADI

SINGKIL - Banjir yang melanda wilayah Aceh Singkil, hingga Jumat kemarin dilaporkan meluas dan merendam ratusan rumah, areal persawahan, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Bahkan, ruas jalan di sepanjang aliran Sungai Cinendang, mulai dari Kecamatan Suro, Simpang Kanan, dan Gunung Meriah terendam. Genangan banjir terparah terjadi di Desa Handel dan Solok, Kecamatan Gunung Meriah. Ratusan rumah di kedua desa itu terendam hingga setinggi dada orang dewasa. Banjir disebabkan meluapnya sejumlah sungai besar pascahujan deras sejak dua hari lalu. Arus transportasi Gunung Meriah, Singkohor, Kota Baharu dan sebaliknya sempat lumpuh. “Banjir mulai terjadi Kamis pagi dan semakin parah pada Jumat pagi ini,” kata Barat, seorang korban banjir di Desa Handel kepada Serambi, Jumat kemarin.

Banjir juga merendam puluhan hektare tanaman kelapa sawit masyarakat dan perkebunan di sepanjang alur sungai Lae Ijuk. Selain itu ratusan hektare sawah di Bulu Sema dan Lae Ijuk juga rusak parah. Sejak Kamis malam masyarakat mengevakuasi barang-barangnya ke lokasi aman. Bahkan, warga Handel, pada Jumat kemarin memasang tenda pengungsian di ujung jembatan desa itu. Hingga berita ini diturunkan tadi malam belum ada laporan korban jiwa. Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra memperkirakan kerugian akibat banjir kali ini mencapai Rp 1 miliar.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 17 Maret 2011

Puluhan Rumah Terendam Banjir

Thu, Feb 3rd 2011, 18:09


PULUHAN rumah di Desa Bulu Sema, Kecamatan Suro, Aceh Singkil, Kamis dinihari, direndam banjir, akibat meluapnya sungai Bulu Sema. Banjir juga merendam puluhan hektare sawah dan merusak lintas jalan Singkil-Subulussalam. DEDE ROSADI/SERAMBINEWS.COM

SINGKIL - Hujan deras yang mengguyur wilayah Aceh Singkil sejak Rabu malam, menyebabkan puluhan rumah, sawah, dan jalan lintas Singkil-Subulussalam di Desa Bulu Sema, Kecamatan Suro, terendam banjir.

Banjir yang disebabkan meluapnya sungai Bulu Sema, mulai merendam rumah mulai Kamis (3/2/2011) dinihari dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Data sementara kerusakan banjir antara lain, sebuah rumah hanyut, 19 rusak parah, 40 rusak ringan, dan jalan sepanjang 200 meter rusak parah. Kemudian 50 hektar lahan sawah dipastikan gagal panen.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 13 Maret 2011

Aceh Singkil Cetak 350 Ha Sawah Baru

Sun, Jan 30th 2011, 14:35

SINGKIL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, melalui Dinas Pertanian setempat tahun ini akan mencetak 350 hektare sawah baru. Menyusul keberhasilan membuka ratusan hektar lahan telantar menjadi sawah pada tahun sebelumnya melalui program optimasi lahan yang dibiayai dana Otsus APBN dengan sistem padat karya.

Kepala Dinas Pertanian, Aceh Singkil, Asmauddin yang dihubungi Serambi Minggu (30/1) mengatakan, selain membuka sawah baru, pihaknya juga akan mengembangkan sektor pertanian lainnya berupa penanaman jagung seluas 150 Ha. “Untuk membuka sawah akan dibantu biayanya mulai dari membuka lahan hingga panen Rp 5 juta per hektare, sedangkan jagung hanya saprodi, membuka lahan biaya sendiri,”kata Asmauddin.

Menurut Asmaudin, total persawahan yang ada di Aceh Singkil saat ini mencapai 1.650 Ha. Seluas 650 Ha merupakan lahan terlantar yang sudah dimanfaatkan menjadi sawah melalui program optimasi lahan dan seribu hektare sawah reguler yang sudah digarap petani dengan bantuan benih oleh pemerintah. Namun dari luas sawah yang sudah ada belum bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan karena fakta di lapangan masih banyak petani yang mau menggarap kalau ada bantuan saja.

Disebutkan, pembukaan sawah baru untuk tahun 2011 ini melalui mekanisme ketat. Akan diberikan kepada petani yang benar-benar ingin bertani, bukan sekedar memanfaatkan bantuan pemerintah. Dengan lokasi, di Kecamatan Suro, Simpang Kanan, Danau Paris, Singkil, Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 07 Maret 2011

Ombak Besar Landa Laut Pantai Barat

Fri, Jan 28th 2011, 20:17

SINGKIL - Ombak di Pantai Barat Aceh mencapai 1,5 sampai dengan 2 meter. Namun untuk ukuran kapal ferry penumpang, ombak setinggi itu masih berada dalam ambang toleransi.
"Ombak memang cukup besar, tapi sejauh ini tidak sampai mengganggu pelayaran ferry," kata Agus Prianto Plt Kepala ASDP Sinabang, yang dihubungi Serambinews.com, Jumat (28/1) sore.

ASDP Cabang Sinabang yang kantornya sejak akhir tahun lalu pindah ke Singkil, melayani pelayaran, Singkil-Sinabang, Pulau Banyak, Nias dan sebaliknya. Kemudian Sinabang-Labuhan Haji dan sebaliknya. Semua rute tersebut masih berjalan sesuai jadwal.(dede rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Februari 2011

Pulau Tuanku Nyaris Tenggelam

Sun, Jan 16th 2011, 11:08


Seorang warga berjalan di Pulau Tuangku, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil yang nyaris tenggelam. Foto direkam beberapa waktu lalu. SERAMBI/DEDE ROSADI

SINGKIL - Pulau Tuanku, di Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil nyaris tenggelam. Hamparan daratan pulau tersebut hanya terlihat ketika kondisi laut sedang pasang surut. Namun, saat air laut dalam kondisi pasang naik, wilayah daratannya tak bisa terlihat.

Pulau yang berjarak sekitar 15 menit perjalanan menggunakan perahu mesin tempel dari Pantai Cemara Indah Gosong Telaga itu, turun ke dasar laut pascagempa Nias April 2005 lalu. Tak satu pun tumbuhan tersisa di pulau yang dulunya sebesar lapangan sepakbola, dan kini tinggal seluas 10 meter persegi itu.

Sepanjang mata memandang hanya pasir putih dan batu karang yang terlihat. Padahal, menurut sejumlah warga, pulau itu masih terlihat hijau dengan aneka tumbuhan yang hidup di atasnya.

“Dulu, Pulau Tuanku tampak cukup luas. Ada pohon kelapa dan aneka jenis tumbuhan lainnya. Bahkan, dulu kami sering ke pulau itu untuk mengambil telur,” kata Ridwan (26) warga Gosong Telaga, Sabtu (15/1).

Ridwan bersama M Ishak (28) warga Gosong Telaga lainnya, dengan mancarter sebuah perahu nelayan sengaja mendatangi pulau tersebut. Mereka datang untuk melihat apakah pulau yang terlihat dari daratan selalu dihempas ombak itu, masih bisa ditanami atau tidak.

“Kita akan coba menanam pohon bakau di pulau itu. Mudah mudahan bisa tumbuh, agar pulau tersebut tidak sampai tenggelam,” kata M Ishak. Air laut di sekitar Pulau Tuanku sangat jernih, pasirnya pun putih sayangnya tak satu pun pohon tumbuh untuk dijadikan sebagai tempat berlindung bila berkunjung ke sana.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 13 Februari 2011

Ekploitasi Trumbu Karang Makin Mengkhawatirkan

Sat, Jan 15th 2011, 09:44

SINGKIL - Eksploitasi trumbu karang untuk dijadikan material bangunan di Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil terus saja berlangsung. Akibatnya beberapa gugusan pulau terus digerus abrasi, pasalnya trumbu karang yang biasanya jadi benteng pemecah ombak tidak ada lagi. Rusaknya trumbu karang juga mengganggu eksositem laut. Ikan kecil dan biota laut lainnya tidak bisa lagi berlindung dalam trumbu karangan dari serangan predator. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Sayangnya Pemkab Aceh Singkil, tidak bertindak tegas untuk melindungi trumbu karang dari gangguan tangan-tangan tak bertanggung jawab.

“Dilema memang, di satu sisi trumbu karang harus kita lindungi, tapi pada sisi lain masyarakat yang mengambilnya membutuhkannya untuk kebutuhan membangun rumah. Apalagi di Pulau Banyak tidak ada meterial lain, karena beli material dari daratan harganya tak terjangkau warga,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Singkil, Saiful Umar melalui Sekretaris DKP, Mufti SE, Kamis (13/1). Munurut Mufti, pelarangan pengambilan trumbu karang untuk membuat rumah oleh masyarakat setempat, harus disikapi secara bijak sana. Caranya dilakukan secara bertahap, trumbu karang yang sedang kembali tumbuh “diharamkan” diambil oleh siapapun, bila dilakukan maka akan ditindak tegas. Masyarakat masih ditolerir mengambil trumbu karang di lokasi tertentu, yang sudah mati dan tidak membahayakan.

Namun untuk penggunaan trumbu karang oleh rekanan yang mengerjakan proyek, Mufti menegaskan, tidak ada toleransi. “Baru-baru ini pak kadis memanggil rekanan yang diduga sempat menggunakan trumbu karang dalam proyeknya. Mereka diberi peringatan keras, kalau membandel maka akan dibawa ke jalur hukum,” ujarnya. Mufti menyebutkan, melakukan pencegahan secara menyeluruh terhadap penggunaan trumbu karang perlu dilakukan kerjasama lintas sektoral. Ia menyatakan penghentian total ekploitasi trumbu karang dapat dilakukan jika bahan bangunan dapat dipasok ke Pulau Banyak dengan harga terjangkau.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 02 Februari 2011

Baru Selesai Dibangun, Abutmen Jembatan Lae Sikabu Ambruk

Fri, Jan 14th 2011, 09:01

SINGKIL - Baru selesai dibangun pada Desember 2010 lalu, tanggul pengaman abutmen jembatan Lae Sikabu, di Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, kini telah ambruk. Diduga ambruknya jembatan tersebut karena pengerjaannya dilakukan secara terburu-buru lantaran dikejar waktu.

Nizam pengawas pembangunan jembatan Lae Sikabu, Kamis (13/1) mengakui pembangunan abutmen jembatan tersebut terburu-buru. Namun, Nizam menyebutkan, ambruknya pengaman abutmen jembatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,16 miliar itu karena diterjang banjir. Kemudian pembangunan tanggul pengaman dilakukan sebelum penimbunan. “Ambruknya tanggul pengaman karena dikerjakan terburu-buru, serta dihantam banjir,” kata Nizam sambil menunjukan foto jembatan Lae Sikabu ketika terendam banjir.

Abutmen jembatan yang menjadi satu-satunya penghubung Desa Tanjung Mas, Cibubukan dan Desa Serasah dengan wilayah lainnya itu, kini sedang diperbaiki oleh beberapa pekerja yang diawasi Nizam. Sementara itu Razali tokoh masyarakat setempat mengatakan, pengerjaan pembangunan jembatan tersebut dibeberapa bagian tidak dilakukan secara baik sehingga dikhawatirkan tidak tahan lama. Apalagi setiap musim penghujan banjir selalu terjadi.

Ia mencontohkan beton penyangga jembatan ditambal-tambal untuk menutupi yang retak. Termasuk pembangunan tanggul pengaman abutmen yang ambruk posisinya diratakan, padahal, menurutnya, harus memiliki ketinggian berbeda dengan sisi lainnya.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 31 Januari 2011

PAD Aceh Singkil tak Capai Target

Wed, Jan 12th 2011, 09:05

SINGKIL - Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh Singkil, pada tahun 2010 tidak mencapai target. Dari target Rp 15 miliar hanya tercapai sekitar Rp 10 miliar.

Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Aceh Singkil, Nasjudin, melalui Kabid Pendapatan Adi Yusman, Selasa (11/1) mengatakan, tidak tercapainya target PAD karena tidak maksimalnya kinerja SKPD, dihapusnya sumbangan pihak ketiga dan belum adanya payung hukum berupa qanun untuk menggali retribusi. “PAD kita tidak memenuhi target karena tidak maksimalnya SKPD, namun bila dibandingkan dengan capaian PAD tahun sebelumnya, pada tahun ini lebih tinggi,” kata Adi.

Adi merinci SKPD yang paling besar menyumbangkan PAD sesuai target adalah RSUD Aceh Singkil senilai Rp 1,8 miliar dari target Rp 3,3 miliar. Sisanya Rp 1,5 miliar lagi sudah berada di rekening, tinggal menunggu ferivikasi dari Menkes sebelum disetor ke rekening pendapatan daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang diharapakan menyumbangkan PAD sebesar Rp 903.000.000, ternyata hingga akhir Desember 2010, baru menyetor Rp 85.780.000 atau hanya sekitar 9,4 persen.

Adi Yusman menambahkan, pada tahun 2011 PAD ditargetkan sebesar Rp 14,77 miliar. Guna memenuhi target tersebut, ia berharap qanun sumbangan daerah dari pihak ketiga dan qanun pajak daerah segera disahkan. Selanjutnya SKPD diimbau bekerja lebih keras lagi agar target PAD yang dibebankannya tercapai.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Singkil Terendam

Tue, Jan 11th 2011, 10:49

SINGKIL - Hujan yang mengguyur wilayah Aceh Singkil, dua hari ini, menyebabkan sejumlah sungai meluap.
Perumahan penduduk di sekitar sungai Lae Ijuk, Gunung Lagan, Gunung Meriah misalnya, air merendam hingga ke teras rumah. Perkebunan sawit milik warga serta perusahan turut terendam dengan ketinggian diatas 30 cm.


Sampai Selasa (12/1) pagi beberapa pemukiman penduduk yang berada di kawasan daerah aliran sungai (DAS) terendam hingga satu kaki "Tadi malam air sampai ke lantai rumah," kata Yardi (42) warga setempat kepada Serambinews.com. Beberapa sungai besar, seperti Lae Cinendang dan Soraya yang bermuara ke laut Singkil, pasca-diguyur hujan,volumenya meningkat.(Dede Rosadi)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 28 Januari 2011

Tanggul Pengaman Banjir Sungai Rintis, Kian Kritis

Tue, Jan 11th 2011, 09:36


Dua warga melintas di tanggul sungai Rintis, di Siti Ambi, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil yang telah ambruk sejak tiga tahun lalu. Hingga kini belum ada upaya perbaikan dari pemerintah setempat. Foto direkam Senin (10/1). SERAMBI/DEDE ROSADI

SINGKIL - Sudah tiga tahun lebih tanggul pengaman banjir sungai Rintis, di Kampong Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil ambruk, namun hingga saat ini belum ada upaya perbaikan dari pihak terkait. Akibatnya kerusakan tanggul yang dibangun BRR Aceh-Nias dengan pagu anggaran sekitar tujuh Miliar itu, semakin parah dan mengancam pemukiman warga yang berada di bawah sungai tersebut.

Amatan Serambi, Senin (10/1) kerusakan tanggul terparah terjadi dalam dua titik, sekitar 30 meter. Pada hal sebelumnya yang rusak hanya satu titik saja sepanjang lebih kurang 10 meter.

Kemudian tanggul beton yang dijadikan sebagai pengaman ambruk ke sungai, begitu juga dengan timbunan tanah yang selama ini dijadikan sebagai jalan diantara beton tersebut nyaris putus.

Mansur (35) warga Siti Ambi yang rumahnya hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari tanggul yang jebol, kemarin mengatakan, makin panjangnya tanggul yang rusak, menyebabkan warga di sepanjang sungai tersebut sangat khawatir, sebab bila dibiarkan dalam waktu tidak terlalu lama akan jebol semuannya.

“Kerusakannya makin parah saja, kami yang tinggal pinggir sungai kalau sudah hujan jadi was-was, jebol itu tanggul habislah kami,” kata Mansur, dibenarkan warga lainnya. Warga berharap Pemkab Aceh Singkil, segera memperbaiki tanggul tersebut, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 06 Januari 2011

Singkil Garap 433 Ha Lahan Tidur

Wed, Jan 5th 2011, 21:03

SINGKIL - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Singkil memfungsikan 433 hektare (ha) lahan terlantar yang tersebar di 10 kecamatan, selama tahun 2010. Lahan terlantar tersebut difungsikan menjadi sawah.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Singkil, H Asmauddin, Rabu (5/1/2011), mengatakan, setelah difungsikan, setiap hektare lahan tersebut mampu menghasilkan 3,5 sampai 4 ton gabah. Pemungsian lahan tidur tersebut melibatkan kelompok tani dan penyuluh pertanian yang didanai melalui dana Otsus APBA tahun 2010.

Setiap kelompok tani dibantu dana 5 juta. Dana tersebut untuk pupuk, benih, pembersihan lahan, serta peralatan pertanian.(dede rosadi)

Sumber : Serambinew.com

Senin, 03 Januari 2011

Rawa Singkil Terus Dirambah

Mon, Dec 27th 2010, 11:22

SINGKIL – Kawasan ekosistem suaka marga satwa Rawa Singkil, dilaporkan masih terus dirambah oleh oknum tertentu. Hal itu disebabkan tidak maksimalnya pengawasan, serta Pemkab Aceh Singkil, belum memberikan solusi lapangan kerja baru, bagi warga yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil alam Rawa Singkil.

Zulqodri, Ketua Pemuda Pencinta Alam (PePAl) Aceh Singkil, pada Serambi Minggu (26/12) mengatakan, warga bisa bebas keluar masuk kawasan yang seharusnya merupakan wilayah terlarang dari jamahan manusia. Pada umumnya warga masuk ke Rawa Singkil, mengambil ikan lele, namun diduga tidak sedikit yang nekat mengambil kayu untuk diolah.

Menurut Zulqadri, perbuatan yang dilakukan masyarakat tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Karena, sebut Zulqadri, kalau mereka tidak mencari penghidupan dari lokasi Rawa Singkil, tidak ada lagi tempat usaha. Untuk itu sebutnya, pemerintah harus mencari alternatif dengan membuka lapangan kerja baru bagi warga yang selama ini menggantungkan hidupnya dari kawasan suaka marga satwa Rawa Singkil. “Pemerintah sampai saat ini belum membuka alternatif lapangan usaha baru untuk masyarakat yang masuk kawasan,” kata Zulqadri.

Dikatakan, secara umum kawasan Rawa Singkil, terlihat indah namun bila masuk ke dalam terlihat banyak yang sudah tidak asri lagi. Banyak pohon-pohon besar tempat tinggal orang utan sudah habis ditebang. Begitu juga bekas-bekas aktivitas manusia mudah ditemukan, seperti pondok dan bekas pengolahan kayu.(c39)

sumber : Serambinews.com

Abrasi Pantai Gosong Semakin Parah

Mon, Dec 27th 2010, 12:00

SINGKIL – Abrasi yang mengikis kawasan Pantai Gosong Telaga, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, kini semakin parah. Dari sekitar 10 Km panjang bibir pantai di kawasan itu, 500 meter diantaranya sudah habis tergerus ombak.

Abrasi tersebut mengancam pemukiman penduduk Gosong Telaga Barat, Timur dan Gosong Telaga Selatan, Ketapang Indah, serta Pancang Dua, yang di beberapa titik sudah semakin dekat dengan bibir pantai. Di Gosong Telaga, kondisisnya sangat mengkhawatirkan, pasalnya abrasi terus mengikis hamparan pasir pemisah antara laut dengan sungai Suak Bahagia, yang membelah perkampungan tersebut.

“Yang kita khawatirkan kalau sempat sungai menyatu dengan laut, bisa habis kampung kami,” kata M Ishak (28), warga Gosong Telaga, Minggu (26/12) kemarin.

Ditambahkannya, abrasi diduga terjadi karena ulah penebangan pohon di kawasan hutan Anak Laut yang selama ini menjadi penyangga ombak besar menerjang langsung bibir pantai Gosong. Penyebab lain, belum semua bibir pantai ditanami pohon penyangga ombak, serta tanggul penahan abrasi.

Warga juga melaporkan, kawasan di sekitar Jetty Anak Laut Singkil, makin parah terkikis abrasi. Salah satunya jalan sepanjang 200 meter dengan lebar sekitar 15 meter yang biasa dipergunakan warga setempat kini telah habis termakan abrasi.

Warga berharap Pemkab Aceh Singkil, melakukan penghijauan di sekitar bibir pantai tersebut, guna mencegah makin meluasnya abrasi pantai. Selain reboisasi, pembuatan tanggul pengaman pantai juga diperlukan di beberapa titik yang cukup rawan.(c39)

Sumber : Serambinews.com